JATIMPOS.CO/LAMONGAN - Upaya menjaga serta menggali situs bersejarah di Lamongan, Gemati Lamongan bersama bakal calon Bupati Lamongan Kartika menggelar napak tilas sejarah Mbah Ngabei yang ada di Desa Meluwur Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan.


Menurut Mahrus Ali, Ketua Gemati Lamongan, Gemati sebagai organisasi lintas komunitas ingin menggali sejarah- sejarah tentang Lamongan yang akhir-akhir ini sudah mulai dilupakan oleh kaum milenial seperti situs makam bersejarah, yakni Mbah Ngabei, yang berada di batas timur utara teritorial Kabupaten Lamongan dengan Kabupaten Gresik.

"Nah ini yang ingin kita ungkap, padahal peninggalan- peninggalan makam desa tersebut, tersimpan sejarah panjang masa lalu Lamongan, dan desa Meluwur khususnya yang menarik untuk dikembangkan menjadi potensi wisata religi Lamongan ke depannya," kata Mahrus Ali saat berada di lokasi situs mbah ngabei, Rabu (2/9/2020).

Lebih lanjut Mahrus sapaan akrabnya menuturkan, berdasarkan sejarah dan cerita masyarakat setempat. Nama meluwur diambil dari kata Melu (ikut), Awor (berkumpul).

Berarti di desa Meluwur ini, ada penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli yaitu warga Kebundalem (nama asli desa ini) yang terlebih dahulu bertempat tinggal di desa ini.

"Sedangkan warga pendatang Melu-Awor "ikut berkumpul", yaitu warga/pengikut Mbah Qomaruddin (Bungah) yang ada di Wantilan," ujarnya.

Tak hanya itu, di desa ini juga berkaitan dengan sejarah buaya putih tunggangan Mas Karebet atau Joko Yingkir yang kini menjadi ikon Persela Lamongan.

"Konon, dulu 2 buaya putih membagi wilayah kekuasaan mereka menjadi wilayah barat dan timur desa ngampel, dan desa Meluwur adalah salah satu wilayah kekuasaan buaya putih tersebut," imbuh Mahrus Ali lagi.

Desa Meluwur selain terdapat situs bersejarah makam mbah Ngabei, juga terdapat beberapa makam sesepuh di desa ini diantaranya Makam Buyut Sentono (Sentono berarti Senopati atau Panglima perang pada masa Kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan Agung). Sedangkan Joko Tingkir adalah keturunanMataram, Makam Buyut Mburo’ hidup di zaman era Mbah Sholeh Tsani, Makam Buyut Jogo Rekso adalah penerus perjuangan MbahNgabei maupun Buyut Sentono.

"Jadi tujuan wisata sejarah dan religi di Lamongan yang di ketahui masyarakat dan wisatawan bukan hanya Makam sunan Drajad saja. Tapi nanti, akan banyak tujuan-tujuan wisata lain di Lamongan yang otomatis akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar di Lamongan," paparnya.

Dalam kesempatan ini, Gemati juga mengajak bakal calon Bupati Lamongan Kartika-Saim (KarSa) ke Desa Meluwur. Karena menurutnya pasangan KarSa ini mempunyai visi dan misi yang sama, tentang pelestarian dan pengembangan situs-situs sejarah, peninggalan, dan makam-makam bersejarah di kabupaten Lamongan.

Selain itu, Mahrus menilai, karena program KarSa ke depannya adalah prioritas pembangunan desa perbatasan.

"Maka kami ingin menunjukkan kondisi terkini pembangunan wilayah-wilayah perbatasan. Yang nantinya akan di jadikan blue print rancangan pembangunan jangka menengah daerah, ketika Pasangan KarSa menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lamongan periode 2020 - 2025," pungkasnya. (bis)