JATIMPOS.CO/TUBAN – Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky mengungkapkan bahwa di wilayah Kabupaten Tuban secara geografis, klimatologis dan hidrologis memiliki potensi ancaman bencana yang cukup besar, baik yang bersifat bencana alam ataupun bencana non-alam.
Bencana yang sering melanda adalah bencana yang bersifat hidrometeorologi. Kerawanan bencana disebabkan air Bengawan Solo, daerah perbukitan, juga garis pantai sepanjang kurang lebih 65 kilometer. Selain memberikan manfaat pertanian dan kelautan banjir akibat luapan air Bengawan Solo, namun tanah longsor, angin kencang atau angin puting beliung, serta banjir rob maupun abrasi masih menjadi ancaman.
“Mengingat kondisi di Kabupaten Tuban yang sudah memasuki musim penghujan sangat berpotensi terjadi bencana,” terang Lindra sapaannya dalam apel gelar pasukan dan peralatan dalam rangka Menghadapi Bencana Hidrometeorologi di Wilayah Kabupaten Tuban Tahun 2023 di Alun-alun Tuban, Jumat (08/12).
Berdasarkan data yang dihimpun sejak Januari hingga awal Desember 2023 telah terjadi beberapa bencana. Di antaranya banjir Bengawan Solo, banjir bandang, tanah longsor, gelombang pasang atau banjir rob, pohon tumbang, puting beliung, kekeringan, kebakaran pemukiman, kebakaran hutan dan lahan, kegagalan teknologi industri, serta kejadian tenggelam, dan lainnya.
Lindra mengatakan, bencana seharusnya dijadikan pembelajaran dan evaluasi supaya dampak yang dihasilkan dapat diminimalisir, bahkan mencegah terjadinya bencana serupa di masa mendatang. Salah satu cara untuk mengurangi dampak tersebut adalah melalui upaya mitigasi bencana.
“Penanggulangan bencana terdiri dari tiga tahap, yang pertama pra bencana yang kedua saat tanggap darurat yang ketiga pascabencana,” jelasnya.
Orang nomor satu di Tuban berharap dengan persiapan yang telah dilakukan, baik melalui pengalaman dan pelatihan personel maupun penyediaan peralatan dapat memberikan perlindungan yang optimal. (min)