JATIMPOS.CO/JOMBANG - Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran, MKP melalui Psikolog  CH. Widayanti, S.Psi., M.Si., M.Psi., menyampaikan, dimasa pendemi covid-19 yang belum diketahui hingga kapan akan berakhir, bagi anak-anak proses Belajar di Rumah (BDR) lebih baik dibandingkan kegiatan Belajar Tatap Muka (BTM) di sekolah.  

“Pandemi memang mempengaruhi kondisi fisik dan mental masyarakat, namun lebih utama tetap memberikan perhatian dan upaya untuk mendukung anak dalam menjalani BDR. Kondisi psikologi yang dialami oleh anak-anak usia sekolah saat ini tidak secara langsung disebabkan oleh BDR,” tukas CH. Widayanti, Psikolog klinis dan forensik Psikologi RSUD Jombang saat berdialog dengan awak media dalam kegiatan Humas RSUD menyapa, Kamis (21/01/2021).

Dia mengutarakan, hasil penelitian Tim Satgas penanggulangan covid-19 IPK Indonesia (Diseminasi Hasil penelitian tanggal 30 Januari 2021) terbaru tentang pola pembelajaran mengungkapkan, BDR lebih baik kerena tidak menimbulkan stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya. Misalnya, BDR dikombinasi dengan BTM.

Meski pandemi belum berakhir, katanya, proses belajar harus terus dilakukan. Hal ini seiring dengan dinamikan tumbuh kembang usia anak-anak. Peranan orang tua atau pendamping sangat mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian agar anak tumbuh dan berkembang normal sesuai usianya.

Menurutnya masa belajar maksimal (golden age) anak adalah usia 0-18 tahun. Sedangkan prosentasi  kemampuan  belajar maksimal terjadi pada usia 0-4 tahun itu 50%, pada usia 4-8 tahun  30% dan pada usia 9-18 tahun 20%. Namun prosentase masa berkembangan anak terbaik pada usia 0-8 tahun mencapai 80%, usia 10 tahun berikutnya  perkembangannya 20%.

Dalam kurun waktu itu, kita bisa memperhatikan adanya penyimpangan pertumbuhan anak. Seperti bagaimana perkembangan motorik gerak kasar, motorik gerak halus, bagaimana perkembangan pendengaran, ada tidaknya gangguan bicara, penggunaan bahasa, pandangan atau daya lihat, termasuk bagaimana mengetahui  perkembangan interaksi sosial dan kemampuan sikap kemandirian anak.

Kalau sudah memperhatikan hal-hal tersebut, selanjutnya bagaimana memperhatikan kesiapan belajar anak. Paling tidak, apabila sudah mengetahui kondisi anak maka kita perlu memberikan stimulus untuk mendukung tumbuh kembang anak agar bisa normal sesuai kelompok umurnya.

Orang tua, setidaknya bisa mengetahui  empat aspek kemampuan dasar anak. Sekaligus merupakan konsep untuk mengetahui tumbuh kembangnya anak yaitu bagaimana: 1) kemampuan gerak kasar, 2) kemampuan gerak halus, 3) kemampuan bicara dan bahasa, 4) kemampuan sosialisasi dan kemandirian, jelasnya. 

Apabila sudah mengetahui kondisi anak, saran psikolog yang akrab disapa Yanti ini,  maka kita perlu memberikan stimulus dengan rasa cinta dan kasih sayang. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak belajar dan perilaku modelling/kecenderungan menirukan perilaku sekitar. 

Berikan stimulus sesuai dengan kelompok umur anak dengan mengajak anak kegiatan menyenangkan seperti, bernyanyi, berfantasi yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman bersifat mendidik sebagai reinforcement positif. Lakukan stimulus secara bertahap dan berkelanjutan sesuai kelompok umur anak, tuturnya. 

Selain itu, lanjut dia, stimulus boleh menggunakan alat bantun atau permainan yang sederhana  dan aman yang ada disekitar anak. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki dan perempuan. “Jangan lupa selalu berikan pujian, berikan hadiah atas keberhasilannya,” sarannya. 

Sedangkan bagaimana mengetahui kesiapan anak bisa mulai diajak belajar, menurutnya, ada tiga faktor penunjang kesiapan yang perlu diperhatikan, yaitu bagaimana kemampuan kognisi (kecerdasan) mulai muncul, kemampuan motorik/ketrampilan motorik kasar dan halus, serta kematangan emosional termasuk kemandiriannya. Disini bagaimana anak ini menjalin relasi, mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, mengatasi problemnya suka atau tidak suka. 

Karena itu, pada usia 0-5 tahun baca tulis dan hitung bukan pengetahuan wajib. Akan tetapi bagaimana mengajak anak bisa mempunyai rasa senang, menjadi semangat. Memasuki usia sekolah dasar pada umur 7 tahun pengetahuan calistung wajib. Untuk mendukung itu, orang tua perlu mengetahui tumbuh kembangnya anak. 

Pertumbuhan anak seperti berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, ditandai dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, perkembangannya  bertambah kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa.

“Pertumbuhan lainnya dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, misalnya bertambahnya kemampuan sosialisasi dan kemandirian,” tukasnya.

Untuk mendukung anak agar tumbuh kembang normal dan siap untuk belajar, psikolog Widayanti menyarankan,  orang tua patut memberikan aktifitas sesuai kemampuan anak, bukan umur anak. Aktifitas harus kontekstual, bermakna, bertujuan sesuai kebutuhan anak, dan kenali tahapan kesiapan anak untuk belajar sesuai tumbuh kembangnya.

Untuk mengenali bagaimana kesiapan anak untuk belajar,  orang tua bisa melakukan pemeriksaan kondisi anak di Poli Psikologi RSUD Kabupaten Jombang. Setiap hari kerja, Senin – Jumat pukul 08.00 – 14.00 WIB, tutup Psikolog CH. Widayanti.  (her)