JATIMPOS.CO/JOMBANG - Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Kepala Desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang, H Sulkhan dengan didampingi Kepala Puskesmas Japanan, drg Ariany Ratnaningtyas melakukan monitoring Taman Pemulihan Gizi (TPG) sebagai salah satu upaya untuk mengurangi tingginya angka kurang gizi (stunting) di Desa Rejoslamet, Senin (29/03/2021).
Pemerintah Desa Rejoslamet melalui Tim Gerak PKK mendirikan sebuah Taman Pemulihan Gizi (TPG). Di taman ini para ibu diberi pembinaan dan pelatihan bagaimana merawat bayi dan balitanya agar terpenuhi kebutuhan gizi, nutrisi dan energinya secara baik dan berstandar.
Taman pemulihan gizi juga dilengkapi berbagai mainan untuk si balita agar tetap dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan.
”Kami mempunyai satu taman pemulihan gizi atau disebut TPG yang terletak di balai desa,” ujar Ketua TP PKK Desa Rejoslamet Yeni Tri Sunarsih.
Kepala Desa Rejoslamet, H Sulkhan, bahwa desa Rejoslamet mempunyai penduduk berjumlah sekitar 6.000 jiwa, dengan jumlah balita pada data bulan Agustus tahun 2020 lalu sebanyak 357 dan pada Februari tahun 2021 ini sebanyak 421, ”Jadi jumlah balita di desa Rejoslamet mengalami penambahan sebanyak 64 anak, kemudian untuk anggaran kegiatan Taman Pemulihan Gizi ini kita alokasikan melaui Dana Desa (DD),” kata Sulkhan.
Sementara itu dikatakan Kepala Puskesmas Japanan, drg Ariany Ratnaningtyas, berdasarkan hasil pemantauan kasus gizi dari tahun ke tahun, perkembangan kasus kurang gizi di wilayah kerja BLUD Puskesmas Japanan sebenarnya menurun, meski tidak terlalu tajam penurunannya. ”Jadi berangsur-angsur sedikit, demi sedikit. Data yang saya sebutkan tadi adalah grafik Agustus tahun 2020 hingga Februari tahun 2021, baik tentang kurang gizi,” tutur drg Ariany.
Lanjut drg Ariany Ratnaningtyas, “Pada Februari 2021 ini dari 421 balita yang dinyatakan sebagai stunting adalah sebanyak 64 (15,2%), kemudian dari 64 balita tersebut grade yang sangat memerlukan perhatian khusus stuntingnya yaitu sebanya 10 balita,” imbuhnya.
drg Ariany Ratnaningtyas menyampaikan, “beberapa upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka stunting yakni diantara melakukan penyuluhan tentang stunting di Posyandu, Pelatihan Emo Demo bagi kader di desa Rejoslamet, sosialisasi pengukuran antropometri yang tepat, pembentukan taman pemulihan gizi sejak Oktober 2020 hingga saat ini, kemudian pemberian zinc dan susu, pelatihan konseling PMBA untuk menurunkan angka stunting, dan penambahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) menjadi Rp 7.500/anak,” terangnya.
"Penyebab kasus stunting karena pengetahuan dan pola asuh orang tua yang kurang benar, kemudian diikuti faktor kemiskinan. Sedangkan faktor lainnya, antara lain disebabkan berat bayi lahir yang rendah," terang drg Ariany Ratnaningtyas.
Karena itu, kami berupaya mendirikan Taman Pemulihan Gizi. Kami juga mendirikan Taman Pemulihan Gizi yang ada di desa-desa, salah satunya di Desa Rejoslamet ini. Dan ada sekitar 8 taman pemulihan gizi tersebar 8 desa di wilayah BLUD Puskesmas Japanan, jelas drg. Ariany Ratnaningtyas.
Menurut Bidan Desa Nur Laili Rosidah menyampaikan, "Ada beberapa cara mencegah stunting pada anak yakni Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, Beri ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, Dampingi ASI eksklusif dengan makanan pendamping ASI (MPASI) yang sehat, dan terus memantau tumbuh kembang anak," terangnya.
Dari pantauan jatimpos.co, dalam kesempatan itu Kepala Desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang, H Sulkhan dengan didampingi Kepala Puskesmas Japanan, drg Ariany Ratnaningtyas menyerahkan puluhan paket susu dan biskuit makanan pengganti ASI, buah-buahan, serta paket kotak makan siap saji kepada balita. (her)