JATIMPOS.CO/JOMBANG - Masyarakat Jombang diajak untuk lebih mengenal batu saluran kemih. Hal itu disampaikan dr. Fakhri Surahmad, Kes, Sp.U, dalam acara RSUD Jombang menyapa, Kamis (10/06/2021).
Fakhri Surahmad, M.Kes, Sp.U merupakan dokter spesialis urologi di RSUD Jombang. Dalam paparannya, beliau menjelaskan bahwa batu saluran kemih (BSK) merupakan batu yang terbentuk di saluran kemih mulai dari ginjal sampai urethra.
BSK merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah pembesaran prostat dan infeksi saluran kemih dan dapat terjadi pada berbagai rentang usia. Angka kejadian BSK lebih banyak pada pria dibanding wanita serta puncak kejadiannnya pada dekade ke 4 dan 5.
“Penyebabnya bisa beragam, selain gangguan metabolisme tubuh dan infeksi adalah kurang asupan air putih. Sementara itu fungsi ginjal ialah menyaring darah dengan produk akhirnya urin. Ketika seseorang kekurangan cairan, maka darah melewati ginjal dalam kondisi pekat sehingga proses penyaringan ginjal tidak maksimal,” paparnya.
Menurutnya hasil penyerapan yang tidak maksimal akan menyebabkan urin menjadi pekat dan keruh sehingga aliran urin berjalan lambat. Akibatnya mudah terbentuk inti batu dan kristal yang perlahan dapat membesar menjadi batu. Faktor penyebab lain adalah dari konsumsi makanan,faktor geografis (tempat tinggal dan kandungan air), gaya hidup, keturunan dan juga pekerjaan,” jelas dr. Fakhri.
Menurut dr. Fakhri, ada beberapa jenis batu saluran kemih diantaranya, batu kalsium, batu asam urat dan juga batu infeksi. Batu kalsium merupakan jenis batu yang paling sering dijumpai, yaitu kurang lebih 70 – 80 % dari seluruh batu saluran kemih.
“Batu ini jika di foto X-Ray, akan tampak sangat putih (seperti tulang). Untuk batu asam urat terbentuk jika kadar asam urat seseorang tinggi, kejadiannya sekitar 5-10 %. Batu infeksi disebut juga batu struvit, terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih.” tambahnya.
Perlu diketahui, batu saluran kemih masih menjadi permasalahan yang kerap ditemui di masyarakat. Keluhan yang sering dialami biasanya nyeri pinggang (nyeri kolik) yang hilang timbul akibat gerakan peristaltik dari saluran kemih. ”Jika batu terdapat di ginjal, selama tidak menyumbat, biasanya tidak menimbulkan keluhan kecuali ada infeksi ” tuturnya.
“Keluhan lain yang dapat ditemui adalah kencing darah serta tanda-tanda infeksi (demam-menggigil),dan apabila sudah disertai gangguan fungsi ginjal biasanya ditemukan juga keluhan mual dan muntah.” jelasnya.
Menurut dr.Fakhri, “Penanganan batu saluran kemih disesuaikan dengan diagnosa dari pasien, jika ukuran batu masih kecil (kurang dari 5mm) diberikan obat-obatan dan diharapkan batu dapat keluar dengan sendirinya. Sedangkan batu berukuran lebih besar di kandung kemih maupun di ureter dilakukan dengan alat endoscopy (tanpa pembedahan maupun sayatan) melalui saluran kemih kemudian batu tersebut dipecahkan dengan alat lithotripsy sehingga menjadi kecil-kecil,” tambahnya.
“Penanganan untuk batu ginjal yaitu berukuran kurang dari 20mm adalah ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) sedangkan ukuran yang lebih besar dapat dilakukan PCNL (Percutaneous Nephrolitotomy), jika ukurannya tidak memungkinkan untuk PCNL maka terpaksa dilakukan operasi bedah,” lanjutnya.
Tindakan ESWL merupakan prosedur tindakan untuk memecahkan batu di ginjal dengan gelombang kejut dari luar tubuh tanpa pembedahan. Prosedurnya dilakukan tanpa pembiusan (pasien sadar) dan hanya diberikan obat penghilang rasa sakit. Sedangkan PCNL merupakan suatu prosedur tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan batu ginjal dengan alat khusus dengan luka yang minimal (+- 1cm).
Sebagai informasi RSUD Jombang saat ini memiliki 2 orang dokter spesialis Urologi yaitu dr. Fakhri Surahmad, M.Kes.,Sp.U dan dr. Yohan Afandi, Sp.U.,M.Ked-Klin. Sebagai RS Rujukan Regional, Klinik Urologi di RSUD Jombang mempunyai layanan unggulan yaitu tindakan ESWL dan PCNL. Pelayanan poli Urologi RSUD Jombang dari Hari Senin- Jumat.
Sebagai penutup dr. Fakhri berpesan, untuk menjaga gaya hidup sehat dengan minum air putih minimal 2 liter atau 8 gelas setiap hari, kecuali ada kelainan jantung atau ginjal. Membatasi konsumsi makanan/minuman dengan kandungan oksalat atau asam urat tinggi, serta diimbangi dengan aktivitas fisik seperti olahraga rutin dan istirahat yang cukup. (her)