JATIMPOS.CO/TUBAN – Belakangan ini Pengasuh Yayasan Ash Shomadiyah Tuban, Riza Shalahuddin Habibi mengomentari gaya kepemimpinan Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky. Menurutnya, sebagai representasi generasi milenial, Mas Bupati harus lebih berani tampil menunjukkan kemampuannya dalam memimpin masyarakat Tuban.

“Tampilkan, Mas Lindra harus menjadi sector leader, menjadi pemimpin kuat untuk masyarakat Tuban, bukan untuk partainya, untuk dinastinya, tetapi untuk rakyat Tuban. Ini adalah style pemimpin milenial,” pesan Gus Riza, begitu namanya kerap disapa, optimis kepada Bupati Tuban saat diwawancarai Jatim Pos mengenai perjalanan setahun Lindra-Riyadi.

Sebagai generasi kharismatik, Gus Riza berharap Mas Bupati lebih agresif lagi dalam menangkap persoalan sosial. Kemiskinan di tengah industrialisasi hingga persoalan program pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan, termasuk juga kerangka kerja one village one product (OVOP).

Tanpa terkecuali, lanjut Gus Riza, saat ada edisi kerakyatatan Mas Lindra bisa tampil terdepan. Selama ini menurut pandangannya, Mas Bupati masih cenderung pada politik pencitraan. Riza memaklumi risiko menjadi bupati muda tampan, kharismatik, terjamin kemapanannya yang pasti diidolakan dan digandrungi, khususnya kaum hawa. Namun yang terpenting harus diimbangi dengan prestasi.

“Kendati demikian, tampil dong tentang kotornya laut, kotornya alun-alun, ini kita tunggu setahun, saya optimis Mas Lindra mampu menyelesaikan soa-soal itu,” tandasnya.

Pengasuh Ponpes As Shomadiyah di Jalan KH Agus Salim Tuban lebih lanjut mengungkapkan, beberapa PR besar yang masih tertunda di zaman Huda-Noor seharusnya juga segera diselesaikan. Dalam hal ini dia menyinggung PR soal informasi public. Menurut Reza, di tengah masifnya digitalisasi, sebaiknya publik disajikan informasi mengenai rencana dan perkembangan pembangunan lengkap dengan siteplan-nya, baik sisi pemberdayaan maupun sarpras.

Belum lagi, tambah dia, berdirinya kilang minyak Pertamina Rosneft akan membawa dampak besar pada iklim ekonomi Tuban, sudahkah hal ini dikalkulasi secara periodik sehingga berdampak pada kemaslahatan warga Tuban.

“Mungkin ada semacam kontrak MoU dengan perusahaan yang dapat dirasakan masyarakat langsung kemudian diekspose luas, sehingga setidaknya publik bisa melihat arah pembangunan di Tuban,” sambung Gus Riza.

Lebih dari itu, Gus Riza juga menyentil pembangunan stadium bumi wali. Dirinya menilai pembangunan di masa pemerintahan Huda-Noor tersebut mubadzir. Kalau sudah begini, kata, dia yang bertanggung jawab eksekutif dan legislative. Persoalan ini akibat dari rendahnya perencanaan.

Nggak ada riset, nggak ada study kelayakan, berapa miliar itu biayanya,” ujarnya.

Melihat peta yang demikian, Gus Reza berharap di Tuban ada semacam Dewan Riset Tuban (DRT) bertugas membuat riset dan kajian akademik tentang pembangunan.

Terpisah, Arif Handoyo Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistika dan Persandian merespon sinyal positif yang disampaikan dari seluruh komponen masyarakat. Sejak kepemimpinan Mas Bupati, Pemkab Tuban perlahan sudah berusaha menerjemahkan visi-misi yang tertuang di RPJMD. Upaya Mbangun Deso Noto Kutho sudah dimulai pada fokus infrastruktur sejak P-APBD 2021 maupun APBD 2022. Hal ini sebagai upaya percepatan dalam menunjang peningkatan perkembangan perekonomian masyarakat. Karena hingga menyentuh Infrastruktur jalan poros desa atau lingkungan hingga jalan pertanian.

Adapun belum ada yang tersentuh, kata Arif, hal itu hanya persoalan waktu, karena semua ada tahapannya. Arif optimistis, sebagai orang nomor satu di Tuban, Mas Bupati akan berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakatnya.

“Bukan hanya infrastruktur, penataan pelayanan birokrasi juga terus kami benahi, termasuk pelayanan administrasi kependudukan,” terangnya.

Mantan pejabat bagian hukum Setda Tuban ini menegaskan mulai  2023  prioritasnya penataan ibukota kecamatan dan desa. Pembangunan guna menciptakan pusat-pusat perekonomian masyarakat di ibukota kecamatan. Wilayah pengembangannya melalui program ruagn terbukau hijau (RTH) dan pembangunan infrastruktur desa. Sementara soal one village one product, Arif menyebut program tersebut sudah berjalan tiap desa. Saat ini desa sudah mengembangkan potensinya masing-masing mulai dari olahan makanan hingga produk pertanian. (min)