JATIMPOS.CO/SUMENEP - Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur dikeluhkan pasien karena menyebabkan hilangnya nyawa seorang bayi.

Kabar tak nayaman itu diceritakan langsung keluarga pasien. Rumaini melahirkan anak keduanya pada hari Rabu, tanggal 15 November 2023 di Puskesmas Batang-Batang. Sekitar pukul 09.00 WIB ia dinyakan sehat dan tidak ada kendala apapun.

Oleh pihak Puskesmas, Rumnaini mendapat arahan bahwa pada hari Sabtu harus mengecek ulang di Laboratorium.

Selanjutnya, Rumnaini dan sang bayi serta keluarganya memenuhi arahan pihak Puskesmas guna menjalani pemeriksaan Laboratorium (18/11). Disana buah hati Rumaini menjalani rangkaian pemeriksaan dan mengambil sampel darah untuk mengecek kestabilan tubuh bayi.

Usai pegambipan sampel darah, Rumnaini diperbolehkan pulang karena kondisi bayi masih sehat dan tidak ada tanda-tanda adanya penyakit.

Kemudian, hari Sabtu malam minggu hingga Senin malam, kondisi bayi alami demam hingga drop. Panik akan hal itu, Rumnaini dengan keluarga berinisiatif membawa bayinya ke Puskesmas tersebut. Sayangnya pihak Puskemas menyatakan tidak sanggup menangani bayi tersebut.

Kendati demikian, pihak Puskesmas Batang-Batang merujuk bayi itu kr Rumah Sakit Islam (RSI) Garam Kalianget untuk segera mendapat perawatan medis disana.

Singkatnya, RSI Garam Kalianget juga menyatakan ketidaksanggupannya sehingga mereka merekomendasikan rujukan ke salahsatu rumah sakit di Kabupaten Sampang.

Sayangnya, sebelum Rumnaini dan keluarga sampai di tujuan, bayi tersebut sudah menghembuskan nafas terakhinya di tengah perjalanan. Saat itu Rumnaini serta kelurga merasakan kehilangan begitu mendalam.

Atas kejadian tersebut, Rumnaini dan keluarga tak hanya merasakan duka, melainkan juga merasa kecewa atas pelayanan kesehatan Puskesmas Batang-Batang pada bayinya yang baru lahir itu.

Sebab, keluarga Rumnaini menduga ada kesalahan penanganan saat melakukan prosedur pengambilan sampel darah di tumit bayi ketika uji Laboratorium.

Dimana, dalam pegambilan sampel darah dari bayinya dilakukan oleh salah satu bidan senior sehingga keluarga pasien mengklaim bahwa hal itu adalah menyebabkan awal bayinya meninggal

Terpisah, Kepala Puskesmas (Kapus) Batang-Batang, Fatimatus Insaniyah membenarkan bahwa bayi dari Rumnaini memang sebelumnya menjalani pemeriksaan di Laboratorium. Tetapi ia menyangkal bahwa pihaknya sudah menjalani pengambilan sampel darah sesuai dengan prosedur.

"Kami sudah berkerja sesuai prosedur, petugas kesehatan juga sudah lengkap, memiliki SIP dan punya pendelegasian wewenang klinis juga sudah punya," ujarnya pada awak media, Selasa, 21 November 2023.

Ia menjelaskan, pengambilan sampel darah juga sudah dilakukan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. Bahkan setelah pengambilan sampel darah tumit bayi langsung dibalut dengan perban.

Lanjut, SHK atau pengambilan sampel darah pada bayi itu sama haknya pengecekan gula darah yang mana jarumnya sendiri kecil dan hanya untuk sekali pakai.

Fatimatus Insaniyah juga mengungkapkan, semestinya pihak pasien menanyakan kendala yang dialami bayi meninggal tersebut ke RSI Garam Kalianget guna memastikan hasil identifikasi versi disana.

"Seharusnya ditanyakan kematian itu karena apa? InsyaAllah RSI Garam Kalianget dokternya sudah menjelaskan kenapa bayi itu panas kemudian kenapa bayinya sesak," katanya.

"Saya juga konfirmasi ke dokter di RSI Kalianget, jadi kematian bayinya bukan karena itu (red). Jadi karena ada penyakit lain. Itu ada infeksi Pnemonia. Tapi lebih baik bisa tanyakan langsung ke dokter yang memeriksa saat itu."

"Jadi kan itu ada sesaknya, mungkin ditanyakan juga apakah sebelum sesak itu dia pernah dikasih apa. Bisa jadi bayi itu tersedak (red). Jika ada yang dimasukkan bisa jadi tersedak dan bisa masuk ke paru-paru," paparnya.

Ia menegaskan, bahwa SHK atau pengambilan sampel darah pada bayi tidak ada efek samping apalagi sampai menimbulkan panas dan sesak.

Sementara, Humas RSI Garam Kalianget, dokter Yanti membantah bahwa kasus kematian bayi tersebut bukan ulah dari dokter di rumah sakitnya.

"Yang tahu itu dokter yang merawat ya mas. Kita belum ketemu dengan dokternya, kita hanya alurnya saja," katanya saat dihubungi via telepon.

Kendati demikian, ia mengungkapkan bahwa pihaknya merekomendasikan bayi supaya dirujuk lantaran pihak RSI tidak memiliki alat untuk mendeteksi infeksi tersebut.

"Karena memang kami tidak memiliki alat untuk penanganan lebih lanjut, sehingga kami menyarankan untuk dirujuk ke Sampang," pungkasnya. (dam)