JATIMPOS.CO//SINGAPURA- Salah satu poin tujuan studi banding oleh Humas Pemkot Surabaya dengan mengajak sejumlah wartawan berkunjung ke Singapura (20-21 Desember 2019) adalah Pengembangan Transportasi Publik, mendapatkan hasil yang cukup signifikan. Bagaimana Singapura mengatasi kemacetan lalulintas? Berikut catatan wartawan Jatim Pos yang turut dalam kunjungan ke Singapura.
Singapura termasuk negara yang terus melakukan reformasi terkait problem klasik kota-kota besar di seluruh dunia, yakni pembenahan system transportasi public, bagaimana mengatasi kemacetan lalulintas secara komprehensif sehingga mampu mengakomodasi jutaan warganya yang tiap hari memiliki mobilitas tinggi.
Ini bisa dilihat pada gedung museum bernuansa futuristic, berada di dalam kompleks ruko, Gallery milik Land Tarnsportation Authority (LTA) (semacam DLLAJR di Indonesia) menempati space di lantai pertama seukuran 7 ruko dijadikan satu. Jauh dari kesan jadul, sebaliknya Gallery ini menampilkan bermacam skema tampilan yang sarat teknologi canggih.
Koridor utama menyapa pengunjung dengan layar LCD 1x7 meter tentang Land Transportation Master Plan (LTMP 2040), sebuah masterplan untuk tahun 2040 yang akan diwujudkan oleh Pemerintah Singapura atas transportasi public.
‘Anda hanya butuh 20 menit perjalanan dari rumah menuju tempat parkir terdekat, toserba terdekat, klinik terdekat. Anda hanya butuh 45 menit perjalanan dari rumah menuju tempat kerja. semua tempat itu ditempuh dengan naik sepeda, bukan naik Mass Rappid Tranport (MRT)’, begitu tagline inform yang tertera di layar.
Apa rahasianya? Di masa itu Singapura sudah memiliki jembatan layang sepanjang 1.000 km di seluruh penjuru negeri khusus untuk pejalan kaki, standing skuter, dan bicycle. Ini termasuk salah satu ide paling gila yang akan dikerjakan LTA. (baca juga URA Singapura (jatimpos.co) dimana otoritas Singapura terbuka untuk mendiskusikan ide-ide cemerlang dari anak-anak muda demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat).
Koridor kedua adalah game simulator tentang berlalu lintas yang safety sehingga kita dapat menuju se suatu tempat yang ditentukan tepat waktu tanpa melanggar peraturan. Terletak di tengah koridor, sangat eye catching dengan tampilan bak bioskop dilengkapi tombol-tombol penunjuk arah yang berkedap-kedip berwarna warni.
Koridor ketiga adalah tampilan monitor ukuran lebar yang berisi janji dan komitmen anak-anak muda berikut jawaban yang dijanjikan oleh anggota Dewan atau pihak berwenang terkait perwujudan LTA di masa mendatang. Misalnya “Saya akan memilih Walk Cycle Ride (WRC) sebagai tranportasi favorit saya,” ujar Steven, pelajar SMU. Pemangku LTA pun mempersilahkan pengunjung mendownload aplikasi Mobility Gallery untuk melihat bagaimana gagasan warga dilanjut menuju forum yang lebih tinggi.
Koridor keempat adalah ‘Worker of Tommorow’ disini dijelaskan bahwa transportasi masa depan bukanlah melulu tentang investasi milyaran dollar menciptakan transport public vehicle paling canggih, tetapi juga bicara tentang pusat pelatihan, sekolah, riset, dan bagaimana tenaga kerja bisa menambah kemampuan sehingga mereka dapat mempersiapkan diri akan jenis-jenis dan model pekerjaan yang dibutuhkan 2-3 dekade mendatang khususnya dalam bidang public mobility.
Seorang pengunjung tengah mencoba ‘Bus Captain Training Simulator’ di Singapore Mobility Gallery, Jumat (20/12/2019).
---------------------------
Koridor kelima adalah ‘Hand-free Automated Fare Collection System’, menerangkan system revolusional tentang bagaimana cara warga naik komuter, tanpa antri di loket, tanpa karcis, tanpa petugas penyobek karcis. ‘Hands Free Payment’ itu akan terwujud menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) technology. Keunggulannya adalah lebih cepat, lebih familiar untuk anak kecil, serta sanggup mengakomodasi ribuan calon penumpang dalam satu moment jam-jam sibuk yang memiliki mobilitas yang tinggi.
Koridor keenam dan ketujuh adalah simulator dari bus driver 3D serta virtual bus, di bagian lorong-lorong penghubung antar koridor juga dijejalkan pesan-pesan yang mengajak pengunjung berimajinasi tentang bagaimana kendaraan angkutan masa depan bergerak. Yakni menggunakan Autonomous Shuttles Available on Demand (AVs), sebuah program pusat pengendali dan pengatur lalu lintas yang mampu menjaga jarak antar shuttle bus untuk menghindari crash (tabrakan) atau bersalipan serta mengemudikan bus tanpa intervensi seorang sopir ke tempat tujuan dengan nyaman dan aman.
AVs adalah program terintegrasi paling canggih yang akan diwujudkan LTA di 2040. “Telah teruji mampu mengurangi kecelakaan, program AVs juga dapat membuka komunikasi antar shuttle bus, lebih smooth, lebih optimal dan menciptakan jalanan yang ramah dan aman bagi public,” ujar Chairman of Government Committee for Transportation Mr Sitoh Yih Pin yang juga menginginkan visi grand design roadmap Land Transportation ini dapat menjadikan system tranportasi negeri Jiran itu sebagai jalan masuk tuk mengubah budaya masyarakat dunia dalam bepergian.
Selain Pengembangan Transportasi Publik, studi banding lainnya yang dilakukan wartawan oleh Humas Pemkot Surabaya adalah Perencanaan Pembangunan, dan Manajemen Pengelolaan Air. (fred)