JATIMPOS.CO/PONOROGO - Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menghadiri Event Budaya 'Boyong Basuki Tirto Pagesangan' yang di adakan oleh Pemerinrah Desa Carangrejo kecamatan Sampung, Sabtu (12/11/2022).

Gelaran budaya tersebut diadakan sebagai ungkapan Rasa syukur masyarakat Desa Carangrejo kecamatan Sampung kepada Tuhan YME atas hasil bumi yang melimpah.

Sebanyak 862 buceng serta gunungan terbuat dari bermacam sayuran dan buah-buahan mewarnai puncak acara "Boyong Basuki Tirto Pagesangan".

Dalam gelaran event budaya tersebut juga di tampilkan Sebuah visualisasi terhadap legenda sejarah budaya Desa Carangrejo, dan menjadi tontonan sekaligus tauladan yang mengandung nilai filosofis tinggi.

Event yang bertema "Boyong Basuki Tirto Pagesangan" menggambarkan menyatunya dua sumber mata air Beji Sendang Songo dengan Sumorobangun.

Bahwa bersatunya dua sumber mata air itu diharapkan mampu menjadikan warga masyarakat Desa Carangrejo selalu guyub rukun, tanahnya subur makmur, gemah ripah loh jinawi.

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko mengapresiasi Helatan Akbar tersebut, didalam alur cerita sejarahnya mengandung nilai filosofis yang tinggi.

"Ini sebuah penghayatan dari nenek moyang dalam upaya bertahan hidup yang dilakukan hingga bertapa, prosesi perkawinan air, bukan dipahami verbal tetapi memaknainya dengan semangat gotong rotong dan inovasi bagian terpenting, " ungkapnya.

Lebih lanjut, Kang Giri Berharap Eksotisme Wisata Budaya di Desa Carangrejo ini bisa menjadi penopang seiring dengan rencana dibangunnya Monumen Reyog Raksasa di Gunung Gamping Sampung nanti.

"Manakala Sampung menjadi Kota Wisata dengan Monumen Reyog Gunung Gamping, desa Carangrejo ini sudah siap, embrio ekosistemnya sudah terbangun. Ekosistemnya ada, kerajinan, pangan, warungnya juga laku. Ekosistem kita tumbuhkan, ketika wisata ada, maka berikut dampak ekonomi bisa berdampak pada masyarakat langsung, " jelasnya.


Sementara itu, Kepala Desa Carangrejo, Drs. Kamsun mengungkapkan Helatan Akbar tersebut sudah dimulai sejak 6 hari lalu. Dimulai dari kegiatan Kerja Bhakti Massal seluruh RT, istighosah, Tumpengan di tiga tempat, yaitu; di Puncak Gunung Sedayu, Sumoro Bangun dengan menyembelih kambing kendit.

"Sambil membawa air sumorobangun dan Sendang Songo juga diambil mata airnya, dan pada akhirnya hari ini dikawinkan, " terangnya.

Dijelaskan, dua mata air itu dikawinkan dengan harapan agar masyarakat sejahtera. Air dari dua embung tersebut disatukan, pada setiap bulan november atau dikawinkan dengan diadakan upacara atau acara budaya.

"Pada era sekarang dikembangkan sebagai wisata budaya. Apalagi nanti akan dibangun monumen reyog di Gunung Gamping, Sampung, diharapakan wisata ini bisa menjadi penyangga wisata budaya tersebut, " pungkasnya.(Adv/nur).