JATIMPOS.CO//SURABAYA- Berlangsung di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jatim Jl. Gentengkali Surabaya pada tanggal 28-29 November 2022 digelar Festival Ludruk Tahun 2022

Kegiatan ini diselenggarakan Pemprov Jatim melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bidang Kebudayaan, bekerjasama dengan 6 Kab/Kota diikuti oleh 10 grup ludruk.

Yakni : Gita Praja dari Kabupaten Jombang dengan Lakon Cinta Segitiga, Bangun Tresno Kabupaten Lumajang dengan Lakon Joko Thole, Karya Budaya Kabupaten Mojokerto dengan Lakon Janda Singgih.

Ludra Budaya Kabupaten Malang dengan Lakon Kunawi, Bharada Unesa Kota Surabaya dengan Lakon Banjir Darah Kalirejo, Angling Dharmo Kabupaten Bojonegoro dengan Lakon Maling Celurit.

Budhi Wijaya Kabupaten Jombang dengan Lakon Warok Joyo senggol
Lerok Anyar Kabupaten Malang dengan Lakon Joko Gelut, Waras CS Kabupaten Jombang dengan Lakon Gerombolan gagak Solo, dan Marsudi Laras Kota Surabaya.

Ketua Panitia penyelenggara kegiatan, Dwi Supranto, SS., MM yang juga Plt Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, menyatakan kegiatan ini untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi seniman ludruk untuk terus meningkatkan kualitas karyanya.

Selain itu melindungi dan mengembangkan kebudayaan Jawa Timur terutama kesenian tradisional ludruk agar tetap eksis ditengah perkembangan jaman, maka digelar Festival Ludruk di Gedung Cak Durasim,.

Juga memberikan wadah / ruang kreativitas bagi seniman ludruk untuk dapat terus berkarya, serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian tradisional khususnya ludruk

Plt Kadisbudpar Jatim, Sinarto S.Kar, MM pada pembukaan Festival Ludruk Tahun 2022 yang disampaikan secara virtual mengemukakan, Pemprov Jatim bersama Gubernur Khofifah Indar Parawansa mendorong perkembangan ludruk supaya lebih bagus, lebih dicintai pendukungnya, dan hidup berkembang bisa menghadapi tantangan jaman.

“Upaya ini semoga mendapatkan restu dari Tuhan untuk maksimalisasi pelestarian kesenian khusunya ludruk,” ujarnya.

Dikatakan, Festival Ludruk tahun 2022 merupakan sebuah proses yang sudah kami lakukan melalui berbagai tahapan. Kami telah melakukan pelatihan penyutradaraan, naskah, lalu artistic dan estetika pertunjukan ludruk.

Setelah itu teman teman ludruk kita dorong melalui grup dan komunitasnya untuk meramu daripada pergelaran ludruk sesuai dengan hasil latihaan dan proses yang nantinya akan menampilkan penampilan yang baik.

Ini perlu dan sangat penting mengingat kesenin ludurk saat ini memang menghadari tantangan. Tantangannya adalah disamping dari internal juga dari eksternal.

Internal memerlukan penguatan dari seluruh unsur dengan berbagai pendukung SDM yang mampu menguasai ludruk ini, bagaimana naskah, gending, actor ini adalah tantangan di dalam yang harus di dorong terus untuk melakukan pembelajaran dengan proses yang baik.

Dari eksternal banyak kesenian lain yang nantinya akan menemani perjalanan ludruk didalam dunia kesenian untuk sekedar jalan bersama tapi bisa jadi ada sebuah persaingan untuk merebut posisi di dalam pelestarian kesenian ini.

Ketika ludruk tidak kreatif tentunya akan tersisih dari masa pendukungnya karena memang akan ada substitusi dari kesenian yang lain ini yang harus kita bicarakan secara sistematis. Yang dimaksud adalah didorong untuk melakukan pekerjaan penting. “Nah dalam pelestarian itu ada pengembangan, pembinaan, pemanfaatan dan perlindungan,” pungkasnya. (iz)