JATIMPOS.CO/SURABAYA- Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi para seniman dalang di Jawa Timur di era digitalisasi, UPT Taman Budaya Jatim (TBJ) menggelar workshop “Pengembangan Pedalangan dalam Media Digital”
Kegiatan berlangsung selama dua hari (25 – 26 Maret) 2024 di UPT Taman Budaya Jatim Jl. Gentengkali Surabaya. Diikuti kurang lebih 75 peserta antara lain dari ketua PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia), pengurus PEPADI aktif di 27 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, juga sekitar 50 peserta dalang milenial
“Kegiatan ini juga untuk meningkatkan sinergitas atau kerjasama antar seniman dalang, penguatan basis pembinaan dan pengembangan seniman dalang, sebagai wadah silaturahmi antara seniman dalang, serta sebagai wadah mempererat kekeluargaan atas seniman dalang di Jatim,” ujar Ketua TBJ Jatim yang juga Ketua Panitia, Ali Makruf yang diwakili Bambang Dwi Sumanto, Kasi Dokumentasi dan Publikasi UPT Taman Budaya Jatim.
Narasumber kompeten memberikan materi pada kegiatan itu, diantaranya : Ki Jlitheng Suparman, yakni tentang Pengenalan video reels dan video on demand, Wahana Dalang Mengembangkan Ekspresi Di Media Digital.
Kemudian ada Pak Sinarto, S.Kar., MM, Ketua Pepadi Jatim yang juga mantan Kadisbudpar Provinsi Jatim memberikan materi tentang : Mengenal Perilaku Konsumen.
Para peserta tidak hanya mendengarkan paparan materi, tetapi juga praktek membuat konten, paparan hasil karya pembuatan konten dan dievaluasi bersama dengan dipandu pemateri.
Gunakan Teknologi Digital
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Jatim, Evy Afianasari dalam amanat yang diwakili Kabid Kebudayaan Dwi Supranto, menyampaikan pesan-pesan berikut ini :
Pembangunan kebudayaan memiliki makna sebagai upaya meningkatkan nilai tambah sosial kultural bagi kehidupan yaitu nilai tambah kemartabatan, nilai tambah akal budi serta budi pekerti.
Pembangunan kebudayaan juga memiliki arti penting bagi peradaban suatu bangsa yang terus berkembang menyesuaikan zamannya.
Di tengah kemajuan teknologi saat ini, seni tradisi dapat menyesuaikan diri menampilkan hasil karyanya menggunakan teknologi digital, melalui teknologi digital, kesenian tradisional dapat memperluas jangkauan ke masyarakat sekaligus mengangkat tradisi kesenian di Indonesia.
Semangat yang sama dengan undang-undang pemajuan kebudayaan yang selalu melihat kemungkinan untuk memenangkan khasanah seni tradisi kita dengan menggunakan teknologi terbaru.
Tetapi yang harus kita sadari adalah seni pertunjukan, seni tradisi yang sarat dengan filosofis yang sakral dan penuh nilai spiritual sebagai tontonan sekaligus tuntunan dan tatanan harus tetap diperhatikan, jangan sampai terjebak hanya sekedar tontonan tanpa tuntunan yang akan mengkaburkan nilai luhur seni tradisi Jawa yang Adi Luhung.
Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para seniman untuk lebih menyadari bahwa pembangunan kebudayaan sebagai langkah untuk mewujudkan ketahanan budaya, agar dalam pancaroba globalisasi, akulturasi dan komunikasi lintas budaya dan lintas bangsa ini kita tetap mampu menjaga eksistensi dan aktualisasi budaya sendiri.
Untuk itu Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah berupaya mengambil peran strategis antara lain mengupayakan sinergitas pengelolaan seni budaya dengan seniman serta para stekholder, baik melalui aktivitas berkesenian, peningkatan sarana dan prasarana serta pengembangan sumber daya pelaku seni guna memperkuat basis pengelolaan seni budaya di masyarakat.
Terkait dengan taman budaya Jawa Timur sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur diberi tanggung jawab mengelola dan mengembangkan Budaya Jawa Timur, juga didorong untuk lebih optimal dalam fungsinya sebagai fasilitator aktifitas berkesenian.
Pada kesempatan ini, kami juga mengundang saudara (dalang), untuk mendapatkan pengetahuan tambahan tentang penguatan teknik berkesenian dan wawasan di bidang seni secara menyeluruh.
Untuk itu sebagai seniman kreator harus tetap eksis meng-upgrade dan meng-update kemasan-kemasanya dengan menampilkan sisi hiburan yang lebih menarik namun tidak menyimpang dari nilai-nilai kedaerahannya.
Kreativitas memang mutlak diperlukan bahkan secara ekstrim kreativitas disebutkan sebagai jantungnya kesenian sekaligus merupakan benteng dan proteksi terhadap pelestarian, tetapi kreativitas tentu tidak sekedar beda, bukan imitatif dan bukan asal tempel dengan kata lain “ora mung waton sulaya ning sulaya sing nganggo waton”.
Tak lupa pula, pada kesempatan yang ini saya sampaikan penghargaan yang setingi-tingginya kepada para peserta dan narasumber yang terus berkarya dan berbuat untuk meningkatkan kekaryaannya demi kemajuan seniman di Jawa Timur. (zen)