JATIMPOS.CO/BLITAR- Atraksi seni jaranan meriahkan Desa Sumbersari Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar, Sabtu malam (13/7/2024). Grup jaranan Wonge Aryo Budoyo (WAB) dengan lihainya membuat puluhan ribu penonton terpesona menyaksikan dari awal hingga selesai.
Kegiatan itu merupakan sinergi UPT Taman Budaya Jawa Timur (TBJ) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim bersama DPRD Provinsi Jawa Timur dari Komisi D.
Hadir pada kesempatan itu Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur Ali Ma’rup, S.Sos., MM mewakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Provinsi Jatim Evy Afianasari ST, MMA.
Juga anggota Komisi D DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PAN, Ir. H. M. Heri Romadhon, MM, Kades Sumbersari, Muspika Kecamatan Nglegok dan pejabat Pemkab Blitar.
“Kegiatan ini dalam rangka uri-uri budaya sinergi antara DPRD Provinsi Jatim dengan Disbudpar Jatim UPT Taman Budaya Jatim,” ujar M. Heri Romadhon.
Ia berharap seperti hasil pemilu kemarin penuh damai, maka mini juga diharapkan ada kemadaian pada penyelenggaraan ini. Selain itu Heri Romadhon mengucapkan terimakasih dan wujud rasa syukur atas terpilihnya kembali sebagai wakil rakyat di DPRD Provinsi Jatim periode 2024-2029.
Sementara itu Ka UPT Taman Budaya Jatim Ali Ma’rup S.Sos., MM menyampaikan pesan Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari ST, MMA. “Pergelaran kesenian jaranan yang menampilkan group kesenian jaranan WAB (Wonge Aryo Budoyo), program sinergitas penguatan dan pelestarian seni budaya,” katanya.
Dikatakan, kegiatan ini menjadi bukti implementasi visi dalam mewujudkan Taman Budaya Jawa Timur yang terpercaya dan terdepan dalam melestarikan, mengelola dan mengembangkan seni budaya di Jawa Timur.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka taman budaya selalu mengupayakan untuk: Melestarikan dan mengembangkan seni-seni Jawa Timur secara adil dan berkesinambungan.
Mempromosikan potensi kesenian dan karya-karya seniman Jawa Timur melalui penyediaan sarana dan kegiatan yang apresiatif, memfasilitasi proses olah seni para seniman dan pelaku seni untuk berkaya yang lebih kreatif dan inovatif agar mampu bersaing.
“Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia seniman dalam menghadapi berbagai tantangan di masyarakat, serta mengembangkan dan memperkuat jejaring berkesenian,” paparnya.
Tradisi Jaranan
BLITAR yang sering disebut sebagai Bumi Bung Karno, memiliki eksistensi yang kaya akan unsur sejarah. Namun, selain dikenal sebagai kota bersejarah, Blitar juga menyimpan kekayaan nilai-nilai budaya lokal. Salah satunya adalah kesenian jaranan, yang mengandung cerita dan makna mendalam.
Kesenian jaranan sering diidentikkan dengan cerita tentang seorang prajurit yang gagah berani menunggang kuda. Namun penari jaranan tidak lagi hanya menggambarkan prajurit menunggang kuda. Sebaliknya, mereka menjadi representasi kuda itu sendiri.
Pada masa kolonial, hewan kuda dianggap sebagai simbol penjajahan oleh pihak Belanda. Sistem pembagian kelas menyatakan bahwa rakyat kecil yang menunggang kuda akan dianggap sebagai wujud perlawanan. Oleh karena itu, masyarakat menciptakan tipu muslihat melalui kesenian jaranan agar dapat lolos dari kecurigaan pihak kolonial Belanda.
Kesenian Jaranan mengandung nilai-nilai moral dan identitas budaya. Representasi kuda dalam pertunjukan ini mengajarkan pentingnya menjaga sumber air bagi penduduk setempat.
Selain itu, kesenian ini juga memperkuat kerukunan dalam masyarakat. Dengan demikian, Jaranan Mataraman menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya dan warisan tak benda masyarakat.
Kemendikbud dan Ristekdikti RI menetapkan Jaranan Tril di Blitar sebagai warisan budaya tak benda (WBTB).
Selain mengandung unsur-unsur mistisisme dan spiritualitas, kesenian ini juga mengajarkan tentang kearifan lokal serta keseimbangan antara manusia, alam, dan roh.(dik)