JATIMPOS.CO/SIDOARJO- UPT Museum Mpu Tantular di Buduran Sidoarjo pada Rabu (23/10/2024) menggelar kegiatan “Belajar Bersama Mengenal Kentongan sebagai Benda Koleksi Museum”
Menghadirkan narasumber kompeten, yakni : Nindyo Budi Kuncoro (Dosen Antropologi Universitas Brawijaya), Zainal Arifin (Pengelaras dan Pelestari Musik Patrol) dan Agus Nur Wahidin (Penggiat dan Praktisi Musik).
Kepala UPT Museum Mpu Tantular, Sadari, S.Sn, mengatakan kegiatan tersebut diikuti pelajar dan guru pendamping dengan kuota berjumlah 100 orang secara on the spot/offline dan melalui live streaming YouTube Museum Mpu Tantular.
“Tujuannya untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum, khususnya kalangan generasi muda, menyebarluaskan informasi koleksi museum tentang kentongan agar dapat menjadi bahan pembelajaran dan wawasan bagi generasi muda, khususnya para peserta dan masyarakat,” ujarnya dalam laporan yang disampaikan Kasie Preparasi dan Bimbingan Edukasi, Ari Yanti, SS
Selain itu untuk memahami dan mempraktikkan kentongan serta membantu dalam pelestarian warisan budaya yang mungkin terancam punah, serta mewujudkan visi dan misi Museum Mpu Tantular.
Pengiring musik kentongan pada pembukaan kegiatan
--------------------------------------------
Adapun visinya adalah : Mewujudkan pengelolaan benda cagar budaya koleksi museum Jawa Timur secara terpadu untuk memperkuat identitas karakter masyarakat Jawa Timur serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan misinya : Tata kelola benda cagar budaya koleksi museum melalui kegiatan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan yang profesional dan berkelanjutan.
Ekosistem pengelolaan benda cagar budaya koleksi museum yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur. Pemberdayaan benda cagar budaya koleksi museum yang efektif dalam mengedukasi masyarakat.
Asal-usul Kentongan
Kentongan adalah alat musik tradisional Indonesia yang digunakan untuk komunikasi dalam masyarakat. Pada mulanya, kentongan digunakan untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang berbagai kejadian penting atau sebagai tanda bahaya.
“Kentongan juga sering digunakan dalam upacara adat atau acara keagamaan sebagai alat komunikasi yang efektif,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim, Evy Afianasari, S.T., M.M.A. dalam amanat yang disampaikan Ka UPT Museum Mpu Tantular, Sadari S.Sn.
Kentongan terbuat dari kayu yang diberi lubang di tengahnya untuk menghasilkan suara saat dipukul. Biasanya digunakan oleh masyarakat Jawa dan daerah lainnya untuk memberikan sinyal atau pesan penting kepada anggota masyarakat di sekitarnya. Kentongan masih tetap digunakan hingga saat ini sebagai bagian dari warisan budaya tradisional Indonesia.
“Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi, kentongan semakin terpinggirkan dan terlupakan oleh generasi muda. Pentingnya menggali kembali penggunaan kentongan sebagai bentuk pelestarian budaya dan peningkatan rasa kebersamaan dalam masyarakat adalah upaya mempertahankan warisan budaya,” ujarnya.
“Saya berharap ke depan museum dapat mengarahkan programnya ke arah pengembangan kebudayaan serta peningkatan kreativitas dan inovasi program kegiatan dengan mengikuti perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang di era global,” ujar Kadisbudpar Jatim. (nam)