JATIMPOS.CO/BOJONEGORO- Sabtu malam minggu (12/7/2025) di Gedung Olahraga (GOR) Utama Kabupaten Bojonegoro tampak meriah. Kerlap-kerlip lampu, banner, umbul-umbul dan pedagang makanan dan minuman di sepanjang jalan dan pinggir GOR menghiasi pemandangan malam.

Warga Bojonegoro dan sekitarnya pada malam itu berdondong-bondong menuju GOR Utama Bojonegoro untuk menyaksikan pergelaran wayang kulit dengan lakon “Wahyu Makhuto Romo Hasto Broto” oleh dalang kondang Ki Ngasto Adi Anggoro.

Meriahnya acara itu karena selain gratis, juga menghadirkan bintang tamu : Cak Kartolo, Ning Tini dan Proborini. Tak ayal tribun GOR penuh dengan penonton, putra dan putri maupun anak-anak.

Penonton memadati GOR Utama Bojonegoro menyaksikan wayang kulit pada  Sabtu (12/7/2025)

-------------------------------------------

Kegiatan tersebut digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur bersama DPRD Provinsi Jatim. Hadir pada kesempatan itu anggota DPRD Jatim Freddy Poernomo, Kabid Kebudayaan Dwi Supranto mewakili Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari, Kabakesbangpol Bojonegoro Mahmudi, pejabat Pemkab Bojonegoro, anggota DPRD, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.

“Acara ini merupakan hasil sinergi antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur, sebagai wujud nyata komitmen bersama dalam menjaga dan menghidupkan kembali seni tradisi di tengah masyarakat,” ujar Kadisbudpar Jatim, Evy Afianasari dalam amanat yang disampaikan Kabid Kebudayaan, Dwi Supranto.

Dikatakan, wayang kulit bukan sekadar tontonan tradisional, tetapi juga warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh dunia. Pada tahun 2003, UNESCO menetapkan wayang sebagai masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity — sebuah pengakuan yang membanggakan, sekaligus amanah besar bagi kita untuk terus menjaga kelestariannya.

“Wayang mengandung nilai-nilai luhur, filsafat kehidupan, pendidikan moral, dan kearifan lokal yang sarat makna. dalam alur ceritanya, kita diajak memahami perjuangan, keteladanan, dan pentingnya menjaga harmoni antar manusia dan alam,” ujarnya.

Kegiatan malam ini adalah salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut. Pergelaran wayang kulit ini bukan hanya sebuah pertunjukan seni, melainkan juga bagian dari proses regenerasi nilai, penyadaran publik, dan bentuk nyata pelestarian budaya luhur bangsa yang telah diakui oleh dunia melalui pengakuan unesco.

Sementara itu Anggota DPRD Provinsi Jatim Freddy Poernomo mengemukakan rasa bangganya kegiatan di Bojonegoro ini. “Kita mengkolaborasi kegiatan dengan menampilkan potensi Bojonegoro. Banyak budayawan asal Bojonegoro dan bahkan pimpinan Pesantren Kendal di Bojonegoro ini seorang seniman,” paparnya.

Karena itu menurut Freddy Poernomo, kegiatan semacam ini akan terus dilakukan. “Tahun depan ada lagi dengan tetap menampilkan potensi Bojonegoro,” tambahnya.

Ia berterimakasih kepada Disbudpar Jatim dan akan terus sinergi. “Ada lagi menggali potensi pemuda disini dengan kerjasama Unigoro (Universitas Bojonegoro) menampilkan seni budaya dari kalangan mahasiswa,” ujarnya.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kabakesbangpol) Bojonegoro, Mahmudi menyampaikan terimakasih dan kegiatan ini dihadiri unsur Bhakti Bela Negara dari Kabupaten dan Kota se Jawa Timur. “Ini bisa mengenalkan potensi Bojonegoro dan budaya kita pada umumnya untuk kemajuan kebudayaan di Bojonegoro, Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya,” ujar Mahmudi.

Berdasarkan data di Disbudpar Jatim menurut Kadisbudpar Jatim, potensi budaya yang ada di Kabupaten Bojonegoro yang telah ditetapkan sebagai warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTBI) antara lain adalah: Sandur (tahun 2018), Wayang Thengul (2018), Ajaran Saminsurosentiko (tahun 2019), Ledra (2021), Nyadran Sawuran (2023), Kerupuk Abang Ijo (2024), dan tahun ini Kab. Bojonegoro mengusulkan Oklik dan Ijuk Nganten.

“Harapan kami, semoga melalui kegiatan ini, semangat pelestarian budaya tidak hanya berhenti pada tataran seremoni, tetapi mampu menyentuh masyarakat luas dan menggugah generasi muda untuk mencintai warisan leluhur mereka sendiri,” ujar Kadisbudpar Jatim.

Mari kita jadikan budaya bukan hanya sebagai kebanggaan masa lalu, tetapi sebagai kekuatan untuk membentuk masa depan yang berakar pada jati diri bangsa. “Semoga pergelaran ini bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan inspirasi bagi generasi muda agar mencintai budayanya sendiri. Mari kita jaga dan lestarikan bersama warisan luhur bangsa ini,” pungkasnya.

Sejarah Kelam
Lakon Wahyu Makhuto Romo Hasto Broto menceritakan sejarah kelam perang Prabu Rama dan Rahwana dimana Raden Kumbokarno mencari kesempurnaan kematian, dan Raden Gunawan Wibisana yang masih hidup ia menunjukkan jalan kesempurnaan kakaknya.

Di waktu yang sama Raden Arjuna menerima wangsit akan datangya anugrah bagi seorang penguasa yakni Wahyu Makutarama. Di negara Astina, Resi Bisma mengutus agar Duryudana berusaha memperoleh wahyu tersebut tetapi dengan sombongnya ia tidak butuh anugrah merasa negara Astina sudah makmur dan jaya tanpa wahyu pun ia sudah bisa menjadi raja yang kuasa.

Di lain waktu di pertapaan kuta runggu ada sebuah pandita yang menjaga wahyu wakutarama yang bernama Begawan Kesawasidi, ia menanti kesatriya yang kuat mendapatkan wahyu tersebut.

Ia di temani dengan muridnya yaitu Anoman dan para kadang bayu. Narpati Basukarna sebagai wakil Raja Astina yang berusaha mendapatkan wahyu tersebut maka terjadikah peperangan dengan para cantrik di pertapaan kuta runggu tetapi gagal mendapatkan wahyu tersebut.

Dan pada akhirnya raden Arjuna yang bisa menghadap Begawan Kesawasidi ia berhasil mendapatkan anugrah tersebut dan di berikan ilmu Hastabrata yakni lambang dari isi alam sebagai contoh sifat pemimpin.

Dan mendapatkan mahkota dari Rabu Rama yang diberikan oleh Raden Gunawan Wibiasana. Dan akhirnya Raden Kumbokarno juga mendapatkan kesempurnaan oleh Raden Werkudara. (sa)