JATIMPOS.CO/KOTA MALANG- Taman Krida Budaya di Kota Malang pada Minggu malam (13/7/2025) dipadati pengunjung yang sebagian besar pemuda. Dimulai jam 18.00 WIB mereka menyaksikan gelar spektakuler seni budaya “Topeng Panji Mangu” menghibur, memberi semangat dan menjadi tuntunan kehidupan.
Pertunjukan “Topeng Panji Mangu” tersebut diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur. Para pengunjung menikmati sajian seni tradisional tersebut secara gratis.
“Pertunjukan ini untuk memperkenalkan dan melestarikan kesenian Topeng Panji, khususnya kepada generasi muda, dengan sentuhan nuansa kekinian,” ujar Kadisbudpar Jatim, Evy Afianasari dalam sambutannya.
Penonton memadati Taman Krida Budaya Malang menyaksikan pagelaran Topeng Panji Mangu
-----------------------------------
Disebutkan bahwa pihaknya berkolaborasi dengan para seniman, untuk menghadirkan pertunjukan yang dikemas lebih segar dan relevan bagi generasi Z.
“Karena secara angka, nantinya Generasi Z menempati posisi yang strategis. Tugas kami adalah mengingatkan kembali, Jawa Timur sangat kaya akan tradisi,” ujarnya.
Kolaborasi dengan seniman, kata Evy, terus dilakukan guna melahirkan ide dan konsep pertunjukan kekinian. Namun tetap menjaga keaslian cerita Topeng Malangan.
Selain itu Disbudpar Jatim juga telah melakukan kajian bersama para ahli budaya dan sejarah, guna memperkuat branding kesenian Panji Malangan di tingkat regional dan nasional.
Pertunjukan Topeng Malangan sendiri, kerap digelar di Taman Krida Budaya Malang dan Gedung Cak Durasim Surabaya, sebagai bagian dari pelestarian budaya.
Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur Mohammad Yasin yang hadir pada kesempatan itu mengapresiasi animo arek-arek Malang, khususnya para penonton milenial yang hadir meramaikan pentas Panji Mangu ini.
“Malang luar biasa! Arema masih mau dan mampu melestarikan budaya Topeng Malangan, yang tentunya ini sesuai dengan program Ibu Gubernur,” ujarnya.
Menurut Yasin, Jawa Timur harus mendunia dari SDM, Produk, Seni Budaya, sehingga dapat dikenal dan dinikmati di seluruh dunia. Meski demikian ia berpesan agar performance-nya harus didesain bagus, agar bernilai estetika dan sesuai dengan era masa kini, mengingat Panji sendiri sudah berada di tingkat ASEAN.
“Saya tentunya juga mengapresiasi langkah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, ibu Evy Afianasari atas terselenggaranya pentas malam ini,”tukasnya. Apalagi melihat animo yang sangat luar biasa.
Koordinator Presidium Dewan Kesenian Jawa Timur Suroso menambahkan, bahwa pentas ini memang disiapkan sebagai karya dengan paket khusus milenial. “Ini memang inisiasi bu Kepala Dinas yang menceritakan kegelisahan Panji tapi dengan bahasa-bahasa yang lebih bisa dimengerti anak milenial,” ungkapnya.
Dikatakan Suroso bahwa pihaknya sudah pernah menggelar pentas seperti ini dengan format 70 persen tradisi dan 30 persen pengembangan.
Sementara itu Dimas Bagus Atmanandi, penanggung jawab acara mengungkapkan, Topeng Malangan diupayakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, untuk menarik generasi muda agar mencintai keseniannya sendiri.
Pertunjukan, kata Dimas, telah disesuaikan agar dapat dinikmati oleh generasi muda dan membangkitkan minat mereka, terhadap pelestarian seni tradisional. Pasalnya Topeng Malangan tak hanya menyampaikan cerita. Namun juga menyimpan filosofi dalam setiap gerakan tari dan kisah yang disajikan.
Ekspresi Jiwa
TOPENG Panji Mangu adalah ekspresi jiwa tentang perjuangan dan kesetiaan, tentang cinta yang diuji oleh waktu dan badai, tentang keberanian untuk menghadapi ketidakpastian hidup.
Melalui penggarapan repertoar tradisi dengan nuansa baru yang kekinian, ‘Panji Mangu’ mengajak generasi muda menelusuri makna cinta dan kesetiaan.
Demikian synopsis pada pagelaran Topeng Panji Mangu di Taman Krida Budaya Kota Malang, Minggu (13/7/2025). Pertunjukan ini bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan dan pengalaman budaya yang menginspirasi generasi muda, bahwa setiap langkah adalah cerita, dan setiap cerita adalah warisan untuk dicintai dan dilestarikan.
Panji mangu adalah kisah tentang cinta yang bergulat dengan waktu, kesetiaan yang diuji oleh ragu dan keberanian menapak ditengah dunia yang tak menentu.
Panji Mangu bukan sekedar tarian topeng, ia adalah ziarah batin tentang kehilangan dan pencarian. Tentang kesetiaan yang diuji oleh jejak masa lalu, dan keraguan yang tak melemahkan, melainkan menajamkan makna perjalanan itu sendiri. (sa)