JATIMPOS.CO/KABUPATEN BLITAR- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jatim bersama DPRD Provinsi Jatim menggelar wayang kulit dengan lakon "Semar Mbangun Khayangan" dalang Ki Minto Darsono dan Tathit Wibhatsu, Sabtu malam (26/7/2025) di Lapangan Sebeng Desa Doko Kecamatan Doko Kabupaten Blitar.
Meski lokasi cukup jauh dari Kota Blitar, pergelaran wayang dilakukan oleh Disbudpar Jatim bersama DPRD Jatim sebagai upaya penguatan dan pelestarian budaya.
“Kami sangat mengapresiasi pagelaran wayang kulit ini yang diselenggarakan dalam rangka penguatan dan pelestarian budaya khususnya Jawa Timur,” kata Kadisbudpar Jatim Evy Afianasari dalam amanat yang disampaikan Kabid Kebudayaan Disbudpar Jatim, Dwi Supranto.
Penonton wayang kulit lakon "Semar Mbangun Khayangan" dalang Ki Minto Darsono dan Tathit Wibhatsu, memadati Lapangan Sebeng Desa Doko Kabupaten Blitar, Sabtu malam (26/7/2025)
-------------------------------------------------------------
Dikatakan, masyarakat utamanya generasi muda, adalah garda terdepan dalam pelestarian budaya. pelibatan masyarakat lintas generasi merupakan sebagai langkah positif dalam mencapai pemajuan bangsa utamanya dalam aspek sosial dan budaya.
“Semoga melalui kegiatan pagelaran wayang kulit pada hari ini dapat lebih menguatkan komitmen kita dalam mengawal pelindungan dan pengembangan budaya bangsa. selamat menikmati euforia kegiatan ini,” ujarnya.
Kadisbudpar Jatim memaparkan, Jawa Timur merupakan provinsi yang kaya akan potensi dan keragaman budaya, maka kita harus berbangga hati bahwa Jawa Timur memiliki 7.105 objek pemajuan kebudayaan dan 112 warisan budaya tak benda.
Dari angka tersebut, beberapa diantaranya berasal dari Kabupaten Blitar, seperti Kentrung (2013), Jamasan Pusaka Kyai Pradah (2017), Reog Bulkiyo dan Larung Sesaji Pantai Tambakrejo (2019), Jaranan Tril (2021), dan Siraman Kyai Bonto (2022).
Sementara itu Ir. H. M. Heri Romadhon, MM, anggota Komisi D DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PAN pada kesempatan itu diwakili Miftahul Huda anggota DPRD Kabupaten Blitar. “Kegiatan ini merupakan sinergitas Disbudpar Jatim dengan DPRD Provinsi Jatim sekaligus bersih desa Doko,” ujar Miftahul Huda.
Mftahul Huda yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Blitar dari pemilihan Kecamatan Doko, mengaku sering keliling di daerah ini dan dinyatakan Alhamdulillah semakin baik, semakin maju.
“Sesuai visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Blitar, kami mengawal program pembangunan antara lain meliputi infrastruktur, pendidikan dan air minum. “Beberapa saat ini sudah mulai dilaksanakan, diantaranya perbaikan jalan yang rusak,” ungkapnya. Demikian juga sektor pendidikan dan penyediaan air bersih. “Kami akan terus mengkawal,” pungkasnya.
Hadir pada kesempatan itu Kades Doko, Camat Doko, Kapolsek Doko, Danramil, tokoh masyarakat, pejabat Pemkab Blitar dan anggota DPRD Kabupaten Blitar.
Kekuatan Gaib untuk Ketentraman
WAYANG kulit lakon "Semar Mbangun Khayangan" dalang Ki Minto Darsono dan Tathit Wibhatsu, Sabtu malam (26/7/2025) di Lapangan Sebeng Desa Doko Kabupaten Blitar mengisahkan bagaimana upaya menentramkan kehidupan masyarakat.
Keinginan Semar sebagai perantara turunnya “Wahyu Ketenteraman”, suatu kekuatan gaib untuk menentramkan masyarakat. Usaha itu dilakukan untuk melenyapkan Pagebluk (gangguan/penyakit) yang melanda daerah. Semar sebagai perantara turunnya wahyu mendapat petunjuk Dewa agar wahyu dapat diberikan kepada yang berhak dengan penuh kedamaian.
Karena itu Semar menugaskan kepada para putra Pendawa, anak-anak generasi muda, guna mendapatkan syarat-syarat mendapat wahyu berupa tiga pusaka Senjata Cakra milik Prabu Kresna, Jimat Kalimasada milik Prabu Punta Dewa dari Ngamarta, Dwarowati dan Kyai Nenggala milik Prabu Bolodewa.
Raden Gatutkaca putra dari Raden Werkudara mendapat tugas meminjam Senjata Cakra dari Prabu Kresna di Dwarowati. Dengan tekad yang luar biasa, “harus dapat”, Gatotkaca menghadap Bethara Kresna.
Unutk menguji tekad itu Bathara Kresna seakan tidak mau meminjamkan senjata Cakra miliknya sehingga Gatutkaca “berani menantang” Prabu Kresna. Pada waktu diacungi Senjata Cakra Gatot siap menerima dengan akibat akan mati karena senjata Cakra terkenal sangat ampuh.
Tetapi rupanya Prabu Kresna hanya ingin menggali seberapa besar tekad anak muda Gatutkaca bereaksi positip sebagai utusan Semar. Melihat reaksi anak muda dengan tekad yang tinggi itu, senjata Cakra diserahkan untuk dipersembahkan pada Semar sebagai syarat mendapatkan Wahyu Ketenteraman.
Punta Dewa raja dari Ngamarta dalam pertemuan dengan keluarga Pandawa mendapat pesan dari Dewa akan munculnya Wahyu Ketenteraman, tetapi beliau belum mendapat pesan siapa di antara keluarga Pendawa yang akan memperoleh Wahyu tersebut.
Dalam kesempatan itu datang Raden Ontoseno yang menyanggupkan diri mendapatkan Pusaka Jimat Kalimasada dari Raja Punta Dewa sebagai syarat Semar sebagai perantara mendapatkan Wahyu untuk Pandawa atau lainnya.
Karena Ontoseno menyampaikan pesan itu secara polos, Raden Werkudara marah dan Raden Ontoseno dihajar habis-habisan karena dianggap tidak sopan karena permintaannya disertai suatu ancaman.
Punta Dewa yang penyabar mengutus Janaka, adiknya, untuk melerai dan Jimat Kalimasada diserahkan kepada Ontoseno sebagai syarat Semar mendapatkan Wahyu Ketenteraman dari Dewa. (sa)