JATIMPOS.CO/SURABAYA - Masih banyak naskah lontar kuno suku Tengger yang disimpan oleh masyarakat tengger dengan kondisi yang tidak terawat, tidak dimanfaatkan dengan baik dan bahkan sebagian masyarakat ada yang menganggapnya sebagai jimat.

Kepala UPT Museum Mpu Tantular, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim, Drs. Edi Iriyanto, MM mengemukakan hal tersebut pada Seminar Koleksi Museum tentang “Upaya Penyelamatan Naskah Kuno Tengger”, di Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Selasa (8/12/2020).

“Naskah itu tidak ada yang berani membukanya dan membacanya untuk dipahami isi naskah tersebut,” ujar Edi Iriyanto.

Dikatakan, kegiatan seminar ini adalah tindak lanjut dari survey dan koordinasi pameran keliling museum di Bromo Tengger pada 2019 yang lalu. “Saya berharap, kita semua dapat menyelamatkan asset penting mayarakat Tengger seperti naskah kuno yang mempunyai nilai adi luhung,” katanya.

Selain itu, acara ini sebagai sarana penyebaran informasi koleksi museum dengan tujuan promosi dan publikasi ke masyarakat sehingga tercipta kerjasama yang sinergis antara akademisi, budayawan, masyarakat dan instansi.

Juga mendukung visi misi dan Nawa Bhakti Satya Gubernur Jawa timur periode 2019-2014, khususnya pada butir ke 9 yakni Jatim Harmoni.

“Mewujudkan harmoni sosial, alam dan lingkungan hidup serta melestarikan kebudayaan dan mengembangkan budaya olahraga yang didalamnya ada integrasi museum, perpusda dan galeri seni serta membangun ruang kebhinekaan,” katanya.

Selain itu menyeberluaskan informasi koleksi museum untuk tujuan promosi dan publikasi koleksi museum, serta menguatkan kerja sama yang sinergis antar instansi terkait, budayawan, akademisi, dan masyarakat umum.

Acara ini dibuka oleh Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Sinarto, S.Kr, MM secara virtual melalui zoom. Menghadirkan tiga narasumber yakni Drs Sugeng Adipitoyo, M. Si dari UNESA, Adrian Perkasa, S. Hum. MA dari UNAIR-SURABAYA dan Drs. Sukarjito, MM dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.

Selain tatap muka, juga daring menghadirkan Bapak Bpk. Andrian yang posisinya ada di Belanda. Sedangkan moderator Dwi Supranto, SS, MM.

Tatap muka langsung dengan menggunakan protocol kesehatan, dengan sasaran mahasiswa (sejumlah 50 peserta), komunitas dan guru. (iz)