JATIMPOS.CO//SURABAYA- Industri perfilman lokal menjadi salah satu daya tarik dan media promosi pariwisata daerah yang menjanjikan. Namun ditengah geliat seniman yang bersemangat terdapat faktor dana yang dianggap menjadi salah satu rintangan besar dalam pembuatan film.

Meskipun sudah terdapat beberapa badan atau lembaga yang dapat memberikan modal kepada sineas, namun dirasa belum mampu untuk mencukupinya.

Demikian terungkap pada Forum Film Jawa Timur dalam acara sharing session dengan tema “Menyiapkan Lembaga Mitra Pembiayaan Produksi Film Jatim”, pada Sabtu (6/2/21.

Dalam acara ini hadir narasumber Luthfil Hakim (Ketua Komite Tetap Film dan Televisi, KADIN Provinsi Jawa Timur), Tritan Saputra (Wakil Ketua Umum Bidang Teknologi dan Telekominikasi, KADIN Provinsi Jawa Timur) dan juga M. Ainun Ridho (Sineas Jawa Timur).

Lutfil Hakim dalam pemaparannya menyampaikan bahwa terdapat beberapa lembaga yang sejauh ini sudah pernah membiayai produksi film nasional dan lokal.

"Pasar modal, sekuritas, modal ventura atau perusahaan daerah yang ingin menjadi investor film lokal, biasa kita sebut sebagai angel investor. Tentunya setiap lembaga memiliki kriteria penilaian yang berbeda- beda. Oleh karena itu harus dibuat proposal yang menarik agar investor tertarik untuk berinvestasi " ujar Luthfil.

Sementara itu Tritan Saputra mengemukakan, sektor industri perfilman, ekonomi, dan teknologi informasi harus bersinergi untuk membangun sektor kreatif ini. Perlu kolaborasi antara teknologi informasi dengan perfilman, sehingga semua orang mandapatkan manfaat.

“Dan kita juga harus tau kemana hasil akhir dari film ini apakah untuk dikomersilkan, atau hanya sebatas dokumenter dengan begitu kita bisa memprediksi berapa jumlah penonton yang akan melihat film kita" imbuh Tritan. (ham)

Ridho sebagai salah satu pelaku di dunia perfilman berpendapat bahwa terdapat hal yang lebih utama dari pada menyiapkan lembaga mitra pembiayaan produksi film yakni perlunya menumbuhkan ekosistem perfilman lokal yang bagus, sehingga masyarakat lokal menjadi penonton utama pertama sebagai bentuk dukungan terhadap perfilman lokal.

"Setelah tercipta adanya ekosistem yang bagus, maka para produser harus kontinyu dan konsisten dalam menghasilkan film. Minimal ikut menyemarakkan festival film daerah dengan menghasilkan karya satu tahun sekali atau ikut andil dalam produksinya,” ujar Ridho.

“Hasil akhir dari ini adalah tumbuhnya rasa cinta, menghargai dan bangga pada produksi film lokal. Dengan begitu kita tau respon pasar terhadap film lokal bagaimana. Saya rasa kalau pasar menyetujui adanya film lokal, maka investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi" papar Ridho. (ham)