JATIMPOS.CO//MALANG- Berdasarkan data Organisai Pariwisata Dunia (UNWTO), jumlah kunjungan wisatawan di seluruh dunia menurun 44 persen selama pandemic jika dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan panduan UNWTO, Negara-negara yang selama ini menggantungkan pendapatan melalui sector pariwisata harus mulai mengembangkan visi pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism)

Hal tersebut disampaikan oleh Irene Erika Widyawati, Puteri Ekowisata Jawa Timur 2020 dalam webinar The Pottential Atrraction in East Java, Rabu 17/03/21.

“Pariwisata berkelanjutan didefinisikan UNWTO sebagai pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, social dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat,” kata Irene.

Menurut Irene, keindahan alam bukan menjadi satu-satunya daya tarik bagi pengunjung melainkan terdapat pula unsur pengelolaan yang baik sehingga para wisatawan yang datang menjadi puas dan dengan senang hati akan membagikan pengalamannya kepada orang lain. Hal ini kemudian menjadi sarana promosi wisata yang sangat cepat melalui media social.

Dalam webinar ini hadir pula Rachmatulla, Digital and Travel Enthusiast yang memaparkan beranekaragam detinasi pariwisata yang belum banyak diketahui oleh masyarakat.

“Di Sumenep kita memiliki pulang dengan kadar oksigen terbaik didunia setelah laut merah Yordania, tepatnya di Pulau Gili Iyang. Kemudian ada sungai Maron di Pacitan yang dijuluki sebagai mini Amazon, wisatawan akan dibawa menyusuri sungai yang bersih dan jernih serta disuguhkan pemandangan hutan hujan tropis yang teduh” papar Rachmatulla.

Selain itu masih terdapat pantai Plengkung di Banyuwangi yang merupakan salah satu pantai dengan ombak terbaik di dunia serta keindahan bawah laut Pulau Bawean Gresik. Selain wisata alam, terdapat juga atraksi budaya yang terkenal seperti Tari Gandrung dari Banyuwangi, Tari Topeng Malangan, Tari Pantnim Jenaka “Thengul ” dari Bojonegoro, dan Tari Dongkrek dari Madiun. (ham)