JATIMPOS.CO/SIDOARJO - Ratusan penonton memadati pelataran Museum Mpu Tantular di Gedangan Sidoarjo, Kamis malam (22/9/2022) menyaksikan Kentrung Lamongan dan dan Wayang Kulit Gagrag Malangan.
Kentrung Lamongan dimainkan oleh Sanggar Seni Senda Kala pimpinan Ki Sarkadek dari Kabupaten Lamongan. Sedangkan Wayang Kulit Gagrag Malangan oleh Ki Soleh Adi Pramono dari Padepokan Mangundarma Kabupaten Malang
Meski dimulai sekitar pukul 20.30 WIB, penonton tampak tampak senang hingga bubar pentas jelang tengah malam.
“Kegiatan ini untuk memasyarakatkan kesenian Kentrung Lamongan dan Wayang Kulit Gagrag Malangan sebagai koleksi museum sekaligus WBTB pada khalayak luas,” kata Kepala UPT Museum Negeri Mpu Tantular, Dra. Nina Rossana, M.Si.
Selain itu untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum sebagai pelestari budaya, untuk memajukan kerjasama dan kolaborasi antara pemerintah, fraksi kesenian dan stakeholder museum.
“Setidaknya sudah 6 kali gelaran WBTB ini digelar di Museum di tahun 2022. Malam ini gelaran WBTB akan menampilkan gelaran kesenian kentrung dari Lamongan yang sudah ditetapkan menjadi WBTB tahun 2013 dan wayang kulit gagrag malangan dari Malang yang ditetapkan tahun 2021,” ujar Nina Rossana.
Dari Wali Songo
Plt Kadisbudpar Jatim, Sinarto, S.Kar., MM pada pembukaan kegiatan itu mengemukakan, perkembangan kentrung di Lamongan memiliki ciri gabungan konten penyair seni bertutur dengan diiringi tabungan terbangan atau gendang. Kesenian kentrung ini berasal dari masa Walisongo yang kemudian menyebar ke berbagai daerah.
“Pada awalnya dimainkan oleh seorang dengan memainkan terbang sekaligus bertutur, namun sekarang tak jarang diiringi pemain lain. Ada beberapa kekhasan dalam penyajian kesenian kentrung di Lamongan,” ujarnya.
Disamping permainan terbang atau rebana, isi cerita kentrung Lamongan memuat sejarah, syiar agama dalam balutan konsep tontonan, tatanan dan tuntunan. Kentrung Lamongan menggunakan gaya tutur cerita ynag kuat diselingi syair-syair, sholawat dan kalimat thoyyibah.
Sedangkan WBTB yang kedua yang juga berasal dari Jawa Timur adalah wayang kulit Gagrag Malangan. “Wayang malangan adalah jenis kesenian untuk menyebut gaya atau gagrak wayang kuit dari Malang. Konon musik pengiring menggunakan tiga titi laras, siji (Ji), enem (nem), lima (ma),” ujar Sinarto.
Ciri khas wayag malangan memiliki bentuk fisik wayang yang lebih gemuk dengan pundak yang tidak simetris, menurut Ki Surwedi sayang malang saling memberi pengaruh dengan wayang di wilayah utara Jawa Timur.
Perbedaan wayang gaya malangan dan Jawa Timur terletak pada pakem pathet, garap gending, garap catur, garap sabet dan garap sulukan. Penggunaan rincikan gamelan pada pakeliran gaya malangan secara garis besar sama seperti pakeliran pada umumnya, dengan menggunakan seperangkat gamelan pelog dan slendro. Bentuk penyajian iringan gaya malangan memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaan ini terdapat pada bentuk iringan gendhing ganda kusuma, ayakayak, playonan, krucilan dan grebeg.
Data di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jatim, hingga tahun 2021 telah ada 1528 warisan budaya telah terdaftar menjadi warisan budaya takbenda dari seluruh Indonesia.
Diantara kekayaan budaya ini, 29 diantaranya berasal dari Provinsi Jawa Timur. Sementara itu hingga kini Provinsi Jawa Timur telah menetapkan WBTB sebanyak 97 WBTB asal Jawa Timur.
“Masyarakat perlu mengetahui jika setiap orang dan masyarakat hukum adat dapat berperan aktif melakukan pendaftaran terhadap budaya takbenda. Pendaftaran sebagaimana dimaksud dapat diajukan kepada lembaga terkait baik yang ada di Daerah Tingkat I, Tingkat II maupun Pusat,” ujar Plt Kadisbudpar Jatim, Sinarto, S.Kar, MM.
Proses pendaftaran selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh instansi terkait termasuk tahapan kajian yang dilakukan oleh tim ahli. Tahapan pendaftaran berlanjut pada pencatatan dan penetapan sebuaha warisan budaya benda menjadi WBTB.
Melalui penetapan ini selanjutnya didapatkan status legal untuk dilakukan perlindungan pelestarin WBTB baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sebagai pemik WBTB sesungguhnya. (iz)