JATIMPOS.CO/KAB. JEMBER - Nenek Asmina (77) lansia kelahiran tahun 1947, warga Dusun Krajan Barat, Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk, Jember. Diketahui tinggal seorang diri di rumah semi permanen berdinding kalsibot dan gedek (anyaman bambu), berukuran 3x4 meter.
Nenek Asmina diketahui memiliki empat orang anak. Namun anak pertama dan kedua sudah meninggal. Tersisa anak ketiga dan keempat, tapi Nenek Asmina lebih memilih tinggal terpisah dengan dua anaknya yang masih hidup itu.
Untuk makan sehari-hari, Nenek Asmina hanya menggantungkan hidup dari bantuan makanan siap saji dua kali sehari dari Program Kemensos RI.
Namun karena kondisinya yang semakin lanjut usia. Nenek Asmina berharap ada pembangunan kamar mandi atau toilet di rumahnya.
Karena untuk buang air besar ataupun kecil, Nenek Asmina harus berjalan sejauh kurang lebih 200 meter dengan kondisi jalan setapak terjal, menuju aliran sungai di belakang rumahnya.
"Ibu itu maunya tinggal sendiri, tidak mau tinggal bersama saya. Tidak kerasan katanya. Karena kasihan rumahnya kalau ditinggal. Ibu sudah tinggal di sini lebih 20 tahun sejak bapak meninggal," kata Anak Ketiga Fatonah saat ditemui sejumlah wartawan, Jumat (7/6/2024).
Kata Fatonah, karena dirinya tinggal terpisah dengan ibunya. Setiap dua hari sekali, dirinya yang tinggal di desa sebelah, menjenguk Nenek Asmina di rumahnya.
"Dulu rumah ibu hanya berdindin gedek (anyaman bambu). Tapi Alhamdulillah sekitar tahun 2019 dibantu warga dan polisi dari Polsek Jelbuk dibangun dan dindingnya diganti Kalsibot. Untuk gedeknya dipasang di belakang tempat dapur. Saya dua hari sekali ke sini, tapi kadang anak saya yang ke sini (cucu Nenek Asmina)," ujar perempuan warga Desa Suko, Kecamatan Jelbuk, Jember ini.
Fatonah juga membenarkan jika Nenek Asmina sudah mendapat bantuan pemerintah untuk makanan siap saji. Sehari dua kali dari program Kemensos RI.
"Katanya dikasih nasi kateringan, tidak masak. Juga kadang dapat bantuan lain, juga dari tetangga," ucapnya.
Terkait kondisi Nenek Asmina yang sakit-sakitan dan sepuh. Juga dibenarkan Kepala Desa Suger Kidul Ahmad Musemil.
Kata pria yang akrab disapa Jamil itu, dalam waktu dekat akan ada upaya perbaikan rumah dan pembangunan jamban untuk Nenek Asmina. Juga pihaknya akan berkolaborasi dengan Pemkab Jember terkait edukasi menggunakan jamban di warga sekitar. Agar tidak lagi beraktifitas di sungai.
"Kemarin terkait Nenek Asmina ini, yang saya tahu juga viral di medsos. Ada upaya netizen untuk melakukan donasi membantu Nenek Asmina. Kami berterima kasih perhatian dari netizen dan masyarakat," kata Jamil.
"Tetapi terkait apa yang perlu dibantu, nanti akan kami segera lakukan. Kami juga terima kasih adanya viral ini juga menjadi evaluasi kami," sambungnya.
Terkait bantuan untuk Nenek Asmina, Jamil juga membenarkan sudah mendapatkan dari pemerintah.
"Dari Kementerian RI sudah untuk makanan siap saji setiap hari dua kali, tahun 2022 juga dapat. Kalau dari desa BLT juga sudah, Dinsos juga dapat sembako," sebutnya.
"Untuk kondisi rumah saat ini juga ada beberapa yang akan diperbaiki dan akan di renov juga, dapur juga. Terkait kamar mandi akan kami musyawarahkan kembali bersama dengan keluarga, apakah mau apa tidak. Karena kami dulu pernah menawarkan ke mbah Asmina untuk kamar mandi, cuma beliaunya tidak mau. Rata-rata mereka (masyarakat di Desa Suger Kidul), kebiasaan mandinya (dan aktifitas buang air) di sungai," sambungnya.
Sementara itu dari Dinsos Jember yang juga melakukan assessment. Saat ini Nenek Asmina mengeluh sakit dan langsung dilakukan penanganan dengan mendapat perawatan di Puskesmas Jelbuk.
"Bu Asmina pada saat ini mengalami sakit, akhirnya kita coba hubungi puskesmas terdekat dan kami minta untuk segera di rujuk. Kemarin sudah dilakukan rujukan ke Puskesmas Jelbuk, perawatan di sana sampai sembuh. Keluhannya perut panas dan pusing-pusing. Jika dirasa butuh penanganan khusus akan dirujuk langsung ke RSD dr. Soebandi Jember," kata Pekerja Sosial Ahli Muda Dinsos Jember Agung Dwi Hendarto saat dikonfirmasi terpisah.
Terkait kondisi yang tinggal seorang diri dengan kondisi lanjut usia, kata Agung, pihaknya berharap ada perhatian dari pihak keluarga.
"Kami berharap dari keluarga turut peduli, soalnya ketika saya tanya-tanya warga. saudara-saudaranya mengatakan bahwa ini sebatangkara. Punya anak, tapi seolah-olah sebatang kara," tutupnya. (Ari)