JATIMPOS.CO//JAKARTA- Tidak ada satupun orang yang ingin terpapar Covid-19. Hal itu pula yang dirasakan oleh dr. Ulul Albab, SpOG. Dokter yang kesehariannya berprofesi sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi ini memiliki kisah terpapar berat Covid-19.

Hal itu diceritakannya dalam Bincang Sehat "Kisah Seorang Dokter Penyintas Covid-19" yang diselenggarakan oleh Kantor Berita Politik RMOL.ID, Jumat (19/02/21).

Dokter spesialis kebidanan kandungan ini telah berupaya melindungi diri dengan APD sebaik mungkin selama menjalankan tugasnya di tengah pandemi Covid-19. Namun, tetap saja sang viirus "bandel" tersebut menghampirinya.

"Saya kerja di rumah sakit umum daerah. Dalam sehari saya bisa melayani 30 hingga 50 ibu hamil. Sehingga saya tidak benar-benar tahu saya terpapar dari siapa," ujarnya.

Namun karena terlalu lelah bekerja sehingga bisa jadi sistem imun sedang tidak baik, terlebih kurangnya aktivitas fisik serta bertemu banyak pasien setiap hari, sehingga pada saat itu Ulul berada dalam kondisi sangat rentan terpapar Covid-19, meski sudah mematuhi protokol kesehatan sebaik mungkin.

"Mulanya hanya gejala batuk biasa tanpa demam atau gangguan penciuman. Saya kita hanya batuk biasa, namun lama kelamaan semakin berat dan semakin sesak," jelas Ulul.

"Lalu awalnya saya yang bisa berjalan biasa, tiba-tiba terasa berat saat berjalan," sambungnya.

Dia pun bergegas melakukan pemeriksaan radiologis dan menemukan bahwa fungsi paru-parunya kurang baik.

"Saat itu saya berjalan lima meter pun kesulitan, akhirnya dibantu pakai oksigen dan dilarikan ke rumah sakit yang lebih besar," ujar Ulul.

Setelah dilarikan ke ruma sakit, Ulul menghabiskan waktu total 22 hari perawatan. Hanya dalam hitungan hari, kondisinya memburuk seketika bahkan hingga tidak sadarkan diri.

"Sekitar 14 hari saya perawatan intensif karena mengalami gejala berat dan sekitar hampir satu minggu diberikan tindakan intubasi, dibuat tidak sadarkan diri atau dibuat mati tanda kutip. Paru-paru diistirahatkan. Dalam kondisi ini kemungkin untuk bertahan hidup dipertaruhkan," ungkap Ulul.

Namun pada akhirnya kondisi Ulul bisa membaik dan perlahan pulih dari gejala buruk yang diakibatkan oleh Covid-19.

"Sebagai survivor Covid-19, saya merasa mendapat kehidupan kedua," ujar Ulul.

Setelah melalui pengubatan dan pemulihan, Ulul kembali menjalani tugasnya sebagai dokter. Dia semakin aktif dan gencar menyuarakan soal. bahaya Covid-19 ke masyarakat.

"Siapa tahu pengalaman saya bisa jadi inspirasi bahwa Covid-19 itu ada, nyata dan berbahaya. Bukan agar kita takut, tapi agar kita. waspada. Caranya adalah dengan melindungi diri, menerapkan protokol kesehatan dengan baik," tandasnya. (ham)