JATIMPOS.CO/SURABAYA – Komisi D DPRD Kota Surabaya memberikan perhatian khusus terhadap kesiapan Dinas Pendidikan (Dispendik) menghadapi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2025 dan pengembangan inovasi pendidikan berbasis digital.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Kamis (22/5/2025), Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Johari Mustawan, menegaskan pentingnya pemerataan akses pendidikan serta penguatan jalur prestasi yang inklusif, termasuk pengakuan terhadap keahlian non-akademik.
“Kita ingin memastikan kesiapan Dinas Pendidikan dalam event tahunan penting ini yang menyangkut nasib banyak orang, khususnya di jenjang SD dan SMP. Pemerintah kota Surabaya berupaya menyeimbangkan antara jalur domisili dan jalur prestasi,” ujar Johari.
Ia menjelaskan, kuota masing-masing jalur sekitar 35–40 persen, namun jalur mutasi dapat mengisi kekosongan dan dialihkan ke jalur prestasi, sehingga distribusi menjadi lebih merata.
Johari juga menekankan pentingnya diversifikasi jalur prestasi, tidak hanya dari nilai akademik, tetapi juga dari rapor, lomba, hingga hafalan kitab suci. “Semua jalur diatur bertahap, dimulai dari afirmasi, mutasi, prestasi, hingga domisili. Ini menunjukkan semangat inklusivitas pendidikan di Surabaya,” jelasnya.
Tak hanya soal PPDB, Johari turut menyambut positif langkah Dinas Pendidikan Kota Surabaya dalam merancang program ekstrakurikuler inovatif, yakni e-sport Mobile Legends bagi siswa SD dan SMP.
Menurutnya, langkah ini dapat menjadi cara efektif menyerap minat generasi muda serta mengenalkan nilai-nilai digital secara sehat dan konstruktif.
Menanggapi hal itu, Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, menyatakan bahwa program Mobile Legends merupakan bagian dari strategi adaptasi pendidikan terhadap era digital. Ia menilai kebiasaan anak bermain game daring tidak harus dilihat sebagai hal negatif, selama diarahkan ke jalur yang mendidik.
“Anak-anak hidup di era digital. Minat mereka perlu disalurkan dengan tepat agar menjadi kekuatan,” ungkap Yusuf.
Program ini tidak sekadar menawarkan hiburan, melainkan menjadi wadah pembelajaran karakter, komunikasi, kerja tim, dan strategi. Bahkan, Dispendik membuka peluang integrasi konsep literasi digital ke dalam berbagai mata pelajaran.
Yusuf juga menyebut bahwa pelatihan e-sport akan melibatkan pelatih profesional dan komunitas e-sport, dimulai dari sekolah-sekolah percontohan di Surabaya.
Dengan pendekatan yang inklusif dan inovatif, Surabaya menegaskan komitmennya sebagai kota pelopor pendidikan digital. Melalui penggabungan jalur prestasi yang beragam dan program ekstrakurikuler e-sport yang edukatif, siswa tidak hanya diasah secara akademis, tetapi juga dipersiapkan untuk menjadi generasi yang cakap, strategis, dan beretika di tengah arus digitalisasi yang kian pesat.(fred)