JATIMPOS.CO//SURABAYA- Ditengah Pandemi Covid-19, Provinsi Jatim masih bisa ekspor produk makanan lokal, Gatot dan Tiwul ke Taiwan, Hongkong, Malaysia dan Singapore.

Tiwul merupakan makanan olahan produk lokal dari gaplek, berbahan dasar ketela pohon atau singkong. Demikian juga Gatot, dibuat dari ketela (ubi kayu) yang dikeringkan. Kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras.

“Hari ini kita bisa membangun patriotisme dan nasionalisme melalui Diplomasi Makanan Lokal betapa tidak tiwul dan gatot dari Blitar ternyata saat pandemo covid pun tetap ekspor ke Taiwan, Hongkong, Malaysia dan Singapore,” ungkap Gubernur Khofifah pada acara Expose Produk Olahan Makanan Non Beras di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (19/8).

Menurut Khofifah, beberapa produk olahan makanan non beras yang mampu menembus pasar ekspor yaitu gatot dan tiwul ternyata memiliki pasar fanatik terutana warga Jawa Timur yang berada di luar negeri. Bahkan, dalam satu bulan salah satu pengusaha gatot dan tiwul mampu mengirimkan hingga 2 kontainer ke Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Singapura.

"Tiwul dan gatot ini pun juga sudah dikemas sedemikian rupa sehingga bisa dikirim ke luar negeri tanpa mengurangi rasa dan kandungan vitamin di dalamnya. Masyarakat Indonesia khususnya Jatim juga harus bisa mengkonsumsi sekaligus memasarkan makanan khas lokal ini," tandas Khofifah.

Kesiapan Jawa Timur dalam mendukung Diversifikasi Pangan juga turut disampaikan Gubernur Khofifah saat melakukan Video Conference pencanganan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal serentak bersama Kementerian Pertanian di Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut Gubernur melaporkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) Jatim mengalami kenaikan sebesar 0,22%. Kabar baik ini tentunya juga harus didukung dengan upaya dari sektor industrinya sebagai bentuk dukungan pada pemulihan ekonomi.

“Saya rasa pemulihan ekonomi dari Tanam, Petik, Olah, Kemas, Jual bisa lebih dimaksimalkan,” tutur Khofifah kepada Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo.

Tak hanya melalui format Diversifikasi makanan Lokal, pengurangan konsumsi beras di masyarakat juga turut dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup seperti vegetarian. Dirinya mencontohkan kesadaran akan pola hidup sehat di masyarakat sudah mulai cukup kuat.

“Saat ini, sudah mulai banyak masyarakat yang mengurangi konsumsi berasnya. Mereka mengkonversi dari nasi ke vegetarian misalnya,” tutur Khofifah

Hal ini menyebabkan masyarakat mulai mengurangi konsumsi karbohidratnya yang berbasis beras. Dengan format seperti ini, dirinya meyakini akan membantu pemerintah sebagai pintu masuk Diversifikasi Pangan yang lebih luas.

Hendro yang selama ini bergerak dalam produksi tiwul dan gatot ini menyampaikan, produknya ini sudah diekspor ke beberapa negara dalam tiga tahun terakhir. Dalam satu bulan, Hendro bisa mengirimkan 2 container ke Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Singapura. Untuk wilayah lokal, dirinya berencana melakukan ekspansi ke wilayah perkotaan dimana masih awam terhadap keberadaan tiwul dan gatot yang merupakan jajan tradisional.

Tiwul dan Gatot ini diolah hingga matang, kemudian dikeringkan menjadi bentuk granul sehingga bisa tahan selama satu tahun. Dengan pengemasan semacam itu, Tiwul dan Gatot bisa dikirim ke luar negeri tanpa mengurangi rasa dan kandungan vitamin di dalamnya. Pengolahannya pun aman dikonsumsi, hanya perlu diberi air panas kemudian bisa disantap.

Gubernur mengajak masyarakat kembali melakukan Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal yang hari ini dicanangkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia. Utamanya, untuk makanan-makanan berbahan dasar non beras, seperti singkong, ketela, tales, garut, kentang hingga jagung.

Melalui gerakan diversifikasi pangan lokal, masyarakat kembali diajak untuk mengkonsumsi berbagai makanan tradisional yang mengandung karbohidrat sebagai pengganti nasi. Selain mendukung program pemerintah, gerakan ini juga bisa menumbuhkan rasa cinta tanah air sekaligus meningkatkan pertumbuhan UMKM makanan di Jawa Timur.

Khofifah menambahkan 33% PDRB Jawa Timur disupport oleh Industri Makanan dan Minuman (Mamin). Dengan melihat fakta tersebut, penguatan masif kepada sektor mamin, utamanya pengenalan pada produk berbahan baku pangan lokal seperti ganyong, garut dan jelarot, menjadi satu hal yang menjanjikan.

“Itu artinya bahwa, kalau ini bisa kita kembangkan, rasanya ini akan memberikan siginifikansi terhadap kemungkinan berkurangnya impor gandum mengingat opsi bahan baku kue menjadi variatif,” tuturnya optimis.(n)