JATIMPOS.CO/SURABAYA– Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah Indar Parawansa, menegaskan bahwa Muslimat NU siap menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal ini ia sampaikan dalam Kongres XVIII Muslimat NU yang digelar di Jatim Expo, Surabaya, Senin (10/2).

Dalam forum yang dihadiri langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, serta jajaran Kabinet Merah Putih, Khofifah dengan gaya guyon khasnya ala NU, menyebut Muslimat NU sebagai Tentara Nahdlatul Ulama (TNU), menegaskan peran organisasi dalam menjaga keutuhan bangsa.

"Pak Presiden, jika melihat seluruh warga Muslimat NU mengenakan baju hijau, ini seperti baret hijau di jajaran TNI Angkatan Darat. Bapak dibesarkan di baret merah, dan kami Muslimat NU, kalau ada TNI, maka kami adalah TNU—Tentara Nahdlatul Ulama," ucapnya disambut gelak tawa hadirin.

Khofifah melaporkan berbagai kontribusi Muslimat NU dalam berbagai sektor sosial dan pendidikan di Indonesia.

"Saat ini, Muslimat NU mengelola 209 panti asuhan, 111 layanan kesehatan, di mana 49 di antaranya adalah rumah sakit. Kami juga membina 72 ribu majelis taklim, 16 ribu taman pendidikan Al-Qur'an, 9.800 TK dan RA, serta mengelola 7.000 PAUD," jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa Muslimat NU memiliki peran besar dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

"Dalam sejarahnya, Muslimat NU tidak hanya menjadi penyokong perjuangan melawan penjajah, tetapi juga memiliki pengalaman mengangkat senjata dan berlatih militer untuk mempertahankan kemerdekaan antara 1946 hingga 1965," ungkapnya.

 

Kongres XVIII Muslimat NU mengusung tema “Merawat Tradisi, Menguatkan Kemandirian, dan Meneduhkan Peradaban”. Khofifah menjelaskan bahwa tema ini mencerminkan nilai-nilai yang harus dijaga oleh Muslimat NU dalam membangun bangsa.

"Merawat tradisi adalah pondasi penting untuk menciptakan masyarakat yang kuat dan berbudaya tinggi. Dengan tradisi yang kuat, harkat dan martabat kita sebagai bangsa akan semakin kokoh," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kemandirian ekonomi sebagai pilar ketahanan bangsa.

"Menguatkan kemandirian berarti membangun masyarakat yang memiliki kekuatan sosial dan ekonomi, agar mampu bersaing di tingkat global. Sementara itu, meneduhkan peradaban berarti Muslimat NU harus hadir sebagai kekuatan moral yang menjaga harmoni dan kesejahteraan," tegasnya.

Tak hanya itu, di hadapan Presiden Prabowo Subianto, Khofifah meluncurkan program Muslimat Cantik Mengentaskan Kemiskinan Ekstrem (Mustika Mesem), Muslimat Cantik Sadar Lingkungan (Mustika Darling), dan Muslimat Cantik Sehat dan Bugar (Mustika Segar).

Secara simbolis, peluncuran ini ditandai dengan pemakaian rompi pada jajaran satgas Mustika Mesem dan Mustika Darling. Sedangkan Mustika Segar akan dilaksanakan di Asrama Haji.

“Mustika Darling ini sengaja kami gagas karena kami paling sering menggelar kegiatan pengajian. Maka kami ingin setiap kegiatan yang kita lakukan, tidak meninggalkan sampah,” kata Khofifah.

Sedangkan Mustika Mesem diluncurkan secara nasional lantaran program ini sudah dilaksanakan secara konsisten di sejumlah daerah di Indonesia. Dikatakan Khofifah, Mustika Mesem adalah peran Muslimat untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di daerahnya.

“Izin Pak Presiden program ini adalah program rantangan yang kita distribusikan pada keluarga masyarakat yang masuk dalam daftar miskin ekstrem,” tegas Khofifah.

“Dan sejauh ini sudah berjalan. Dalam pengajian yang digelar Muslimat NU kami membawa satu jamaah satu telur. Yang kemudian kita sedekahkan pada masyarakat yang rentan stunting,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa program Mustika Darling sebenarnya sudah dijalankan sejak 2017 melalui gerakan Bank Sampah Muslimat NU, yang saat itu dipimpin oleh istri Nusron Wahid.(zen)