JATIMPOS.CO/JAKARTA - Di tengah pandemi COVID-19, Public-Private Partnership for Handwashing with Soap (PPP-HW) UNICEF menyerukan semua elemen masyarakat untuk memastikan agar setiap orang mampu menerapkan praktik kebersihan tangan yang layak.
Mencuci tangan dengan sabun dan air adalah salah satu cara paling efektif untuk menghentikan penularan COVID-19 atau infeksi pernapasan lain. Namun, tujuh bulan sejak pandemi terjadi, jumlah anggota masyarakat yang tidak dapat mengakses sarana cuci tangan masih signifikan, khususnya di kalangan kelompok ekonomi bawah.
Dengan Meningkatkan akses kepada sarana cuci tangan dan mengampanyekan perubahan perilaku dalam hal kebersihan adalah langkah penting untuk hentikan penyebaran penyakit mematikan seperti COVID-19.
Perwakilan UNICEF untuk Indonesia Debora Comini menyatakan bahwa cara paling efektif yang diketahui masyarakat umum dan dapat dilaksanakan secara sederhana untuk tujuan menurunkan angka penyebaran pandemic adalah tersedianya sarana untuk mencuci tangan.
“Untuk mengalahkan COVID-19, dan menurunkan risiko terjadi wabah lain di kemudian hari, akses kepada sarana cuci tangan dengan sabun harus dimiliki setiap warga Indonesia,” kata Debora dalam siaran persnya di Jakarta (14/10/2020).
Menurut data resmi, 60 juta warga Indonesia, atau 1 dari 4 orang, tidak memiliki akses kepada sarana cuci tangan umum. Sarana ini pun sangat kurang jumlahnya di tempat-tempat penting, seperti sekolah, kantor, fasilitas kesehatan, dan ruang publik.
Selain menyosialisasikan dan mempertahankan kebiasaan mencuci tangan, Debora juga menyampaikan data pemantauan awal dari pemerintah, untuk wilayah Jakarta dan Jawa Timur akses mencuci tangan di tempat umum yang disertai dengan cairan pembersih masih sangat minim.
“Hanya sekitar 37 persen penduduk Jakarta dan Jawa Timur yang mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan cairan pembersih tangan saat berada di tempat umum,” tambah Debora.
Praktik kebersihan tangan yang kurang memadai akan memberi dampak negatif terhadap upaya pencegahan dan pemulihan dari COVID-19. Dampak dari lambatnya penanganan ini adalah layanan esensial di fasilitas kesehatan terhenti, kegiatan belajar mengajar di sekolah tertunda, akhirnya akses anak kepada pendidikan pun terhambat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dan dalam rangka memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia pada tanggal 15 Oktober, PPP-HW, dengan melibatkan pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan UNICEF, menyerukan agar semua pihak—antara lain pemerintah, kalangan akademisi, dan media massa agar bergerak bersama-sama dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat agar kebersihan tangan dapat diakses oleh semua orang.
“Hal-hal yang dapat diwujudkan untuk membentuk kesadaran dan mengubah perilaku kebersihan antara lain memastikan sarana cuci tangan bisa diakses semua orang, mengkampayekan perilaku hidup bersih, dan menyampaikan pengetahuan yang benar seputar mencuci tangan ,” tutur Debora yang juga mendorong pemangku kepentingan untuk memberikan sosialisasi yang berkesinambungan.
UNICEF juga berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah untuk menyosialisasikan praktik cuci tangan yang aman, menyediakan sarana sanitasi, dan perlengkapan kebersihan kepada masyarakat khususnya di kota-kota besar. “UNICEF telah juga membagikan berbagai sarana sanitasi seperti disinfektan, tempat cuci tangan dan sabun batangan kepada kelompok masyarakat yang paling rentan,” pungkas Debora. (yus)