JATIMPOS.CO/JAKARTA - Lembaga penelitian bertaraf dunia, IPSOS, menyatakan bahwa orang indonesia adalah warga yang paling optimis di ASEAN dalam hal menanggulangi pandemi. Optimisme ini berdasarkan fakta bahwa upaya 3T (Tracing, Testing, dan Treatment) pemerintah terutama di bagian treatment, terus membaik.

Hal itu disampaikan dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara COVID-19, dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (6/11/2020).

Terkait 3M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, dan Mencuci Tangan), hasil pemantauan satgas COVID-19 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia tetap memakai masker dan menjaga jarak pada saat liburan panjang pada akhir pekan kemarin.

Sementara menurut hasil riset UNICEF dan Nielsen menunjukan bahwa cuci tangan paling sering dipraktikkan masyarakat Indonesia. “Kadangkala 3M masih dipraktikan secara terpisah. Kadang rajin cuci tangan tapi lupa pakai masker dan lengah menjaga jarak. Yang bagus sebenarnya semuanya harus dilakukan bersamaan dalam satu paket, satu kesatuan. Karena kalau dilakukan bersama, maka risiko COVID-19 langung turun drastis. 3M bisa menurunkan penularan sampai 0 persen,” ujarnya.

Kemudian hal lain yang meningkatkan optimisme adalah, sesuai dengan penelitian IPSOS bahwa adanya semangat tinggi dan upaya mencari dan menyediakan vaksin. “Ada vaksin yang dikembangkan oleh Indonesia sendiri. Ada yang bekerja sama dengan negara lain dalam kerangka kerjasama global dan multi lateral,” jelasnya.

Sebelumnya disampaikan bahwa jumlah kasus aktif per tanggal 6 November berada di bawah angka 60 ribu kasus atau 12,7 persen dari total kasus. “Angka ini, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia yang berada di angka di sekitar 25 persen dari total kasus. Dan data kasus sembuh per hari ini berjumlah 360.705 atau sekitar 84 persen dari total akumulatif. Angkanya lebih tinggi dari kasus sembuh dunia sebesar 71,3 persen,” terang dr Reisa.

Pada kesempatan berbeda, Prof. Gusti Ngurah Mahardika, ahli virologi Universitas Udayana, menegaskan bahwa vaksin yang akan digunakan adalah vaksin yang pasti aman, dan tentunya punya khasiat yang tinggi. Faktor keamanan dan hasil-hasil uji klinis fase akhir tentunya jadi bahan pertimbangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memberikan izin nantinya.

“Dalam dialog saya dengan Prof. Mahardika Senin kemarin, beliau juga mengingatkan bahwa kita semua ini punya andil dan berjasa dalam mensukseskan vaksinasi nanti. Maka mari kita doakan bersama uji klinis dapat berlangusng sukses dan vaksin yang manjur akan hadir. Dukung penuh proses vaksinasi di seluruh Indonesia,” pungkas dr. Reisa Broto Asmoro. (yus)