JATIMPOS.CO/MAKASAR - Kampung Malasigi begitulah kampung ini dikenal di mancanegara. Terletak di Distrik Klayili, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya menjadi satu-satunya kampung yang mampu bertahan dari gempuran gelombang alih fungsi lahan. Kini kampung yang memiliki empat marga tersebut berevolusi menjadi kampung wisata yang mengandalkan ekowisata sebagai sumber kehidupan. 

Senin siang (23/6/2025) di Hotel Claro, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Ketua Lembaga Pengelola Hutan Kampung (LPHK), Menasefani kepada wartawan ini mengatakan Wisata Kampung Malasigi menawarkan keelokan sumber daya alam hutan. Terdapat pula keanakaragaman hayati yang dikembangkan oleh masyarakat adat. Potensi wisata alam tersebut mulai pemandian air panas di Sungai Klaluguk, ada goa horizontal yang dinamai Go Wo’batiwala sepanjang 350 meter, produk kerajinan tangan dan tarian adat yang akrab untuk menyambut tamu.

Menyadari kekayaan warisan alam ini, membuat masyarakat setempat mampu berdaya dan mandiri secara ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian hutan.

"Kunci membangun wisata harus bersama dan kebersamaan, harus kerja dan bekerjasama. Komitmen ini yang melecut semangat hingga kemudian dikenal di masyarakat luas," jelas Menasefani. 

Local Hero ini mengatakan masyarakat Kampung Malasigi, Papua, hutan adalah ibu. Hutan yang memberikan makan. Maka menjaga kelestarian hutan mutlak harus dilakukan.

Karena kelestarian ini, Kampung Malasigi selain memiliki potensi alam juga ada lima satwa endemik Papua berjenis burung cenderawasih, yaitu Cendrawasih Kecil, Cendrawasih Raja, Cendrawasih Mati-kawat, Cendrawasih Belah-rotan dan Toowa Cemerlang. Kekayaan satwa ini melengkapi indahnya kelestarian alam di tempat wisata Kampung Malasigi.

Dalam kesempatan menjadi lokal Hero di acara media Gathering Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina di Makassar, Menasefani bercerita bahwa Wisata di Kampung Malasigi telah berkembang pesat. Kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara sudah menjadi pemandangan biasa. Hal ini buah hasil kegigihan warganya mempromosikan di berbagai paltform media sosial. 

Kunjungan yang tercatat dalam buku tamu ada wisatawan asal Belgia, Jerman, Belanda, Swedia, Inggris, Afrika, Jepang, Australia, India, Amerika, Singapura, Jepang, Spanyol, dan Korea.

Keberhasilan ini membuka peluang untuk berkolaborasi dengan berbagai instansi dan stakeholder. Akhirnya, hingga pada titik ini, ia mengatakan bahwa capaian ini tidak lepas dari uluran tangan Pertamina EP Papua Field, Zona 14 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina melalui program MATAHATI MALASIGI.

Merespon ini, di tempat yang sama, Ketua Komisi Digital dan Sustainability Dewan Pers, Dahlan Dahi mengapresiasi semangat Local Hero yang gagah dan gigih berjuang merintis kampung wisata. Baginya tak mudah untuk menjadi Hero di tengah gempuran alih fungsi lahan di daerah Distrik Klayili, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. 

"Tentunya tak mudah meyakinkan masyarakat adat setempat dari hidup mengandalkan berkebun kemudian berevolusi menjadi kampung wisata. Saya yakin jalannya terjal dan menantang," kata Dahli dalam wawancara doorstop sebelum meninggalkan ruangan acara.

CEO Tribunnews.com ini memotivasi kepada siapapun untuk menjadi pelopor prestasi dalam profesi apapun. Termasuk berprofesi sebagai wartawan. Namun dalam konteks sebagai local hero di tengah ragam masyarakat adat di Papua adalah perjuangan yang lahir dari kesadaran untuk membawa Kampung Wisata tersebut dikenal di kancah nasional maupun internasional.

Dan untuk diketahui bahwa Kampung Wisata diKampung Malasigi, Kabupaten Sorong merupakan kampung binaan Pertamina EP Papua Field, Zona 14 Regional Indonesia Timur. Kampung wisata ini dirintis oleh masyarakat adat didampingi tim Pertamina.

Lebih dari itu Pertamina menyalurkan bantuan penerangan listrik dan saluran air bersih. Dari semula menggunakan penerangan pelita kini menggunakan mesin genset. Dari mengambil air di sungai dengan ember kini tinggal nombol kran air sudah mengalir sampai depan rumah. Sebab untuk menempuh lokasi wisata harus menempuh jalur darat sejauh 55 kilometer dari pusat Kota Sorong dengan waktu tempuh 1,5 jam.

Kendati kondisi geografis masih belum kekinian, hal ini tidak membuat masyarakat adat patah semangat. Diketahui pada akhir 2024, Kampung Wisata Malasigi berhasil mengukir prestasi dengan menjuarai ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 bertema “Desa Wisata menuju Pariwisata Hijau Berkelas Dunia” yang digelar di Taman Mini Indonesia Indah. (min)