JATIMPOS.CO/TUBAN – Membangun bahtera rumah tangga tak cukup dengan untaian manis kata. Tak cukup pula dengan merajut sajak dan prosa pada puisi cinta. Praktiknya dibutuhkan kasih sayang nyata dan lelaku konkrit sebagai bukti persembahan dalam menghargai anugrah istimewa yang disebut cinta. Pada kondisi ini, nyatanya masih banyak pasangan yang masih belum memahami bagaimana pertanggungjawaban saat mengikrarkan diri sebagai pasangan suami istri.
Sekadar cekcok mungkin biasa dalam jalinan asmara, toh akhirnya akan saling cubit-cubitan mesra kala sudah turun emosi dan saling rindu. Namun kondisi dapat berbalik arah saat amarah meluap tak terkontrol.
Seperti halnya yang terjadi baru-baru ini, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kembali meledak di Bumi Wali Tuban. Korban bernama Warsitah usia 38 tahun mengalami luka sayat di bagian wajah. Pelaku adalah Iskandar 52 tahun merupakan suami sah korban. Peristiwa ini terjadi di Desa Talun, Kecamatan Montong, Selasa sore (12/7).
“Korban mengalami luka parah di bagian mulut, pelipis kiri, pundak kanan, kepala bagian kiri akibat dari sabetan sabit,” ungkap Kapolsek Montong, Iptu Haryono.
Kemarahan yang membabi buta ini terjadi di ruang tamu. Awalnya mereka saling saut beradu mulut. Namun entah kerasukan apa, pria yang berprofesi petani ini tersulut emosinya lalu mengambil sebilah sabit yang ada di dapur. Tanpa pikir panjang, senjata tajam yang diambil diarahkan ke wajah istrinya. Korban tersungkur dan berdarah teriak minta tolong tetangga. Mengetahui parahnya luka sayatan, korban dilarikan ke puskemas terdekat.
“Saat ini korban masih mendapatkan perawatan di puskesmas, sedangkan pelaku sudah ditangkap,” terang Haryono.
Perwira pertama ini mengatakan bahwa asbabun nuzul dari peristiwa berdarah ini belum diketahui persis. Pihaknya masih mengumpulkan keterangan sejumlah saksi dan memeriksa pelaku.
“Saat ini perkara sudah dilimpahkan ke unit PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Polres Tuban guna pemeriksaan dan pengembangan lebih lanjut,” pungkasnya.
Sementara itu sejumlah saksi mengatakan meletusnya amarah ini ditenggarai karena persoalan ekonomi. Desas-desus perselisihan rumah tangga ini kerap kali terdengar tetangga, hingga puncaknya berakibat pada penganiayaan. (min)