JATIMPOS.CO/SURABAYA - Warga di beberapa wilayah Kota Surabaya masih terus eksis menggarap tambak sebagai lahan pertanian. Salah satunya adalah kelompok petani garam yang berada di pesisir pantai Kampung Greges, Kelurahan Tambak Sarioso, Kecamatan Asemrowo, Kota Surabaya.

Satu di antara petani garam di Kelurahan Tambak Sarioso, Kecamatan Asemrowo Surabaya adalah Heri Susanto. Sejak puluhan tahun, ia bersama rekan-rekannya menggarap lahan tambak untuk pengolahan garam. Menurutnya, kualitas produksi garam yang dihasilkan dapat tergantung dari pola yang diterapkan.

" Untuk meningkatkan produktivitas garam, kita membutuhkan geomembran atau terpal. Kalau pakai geomembran itu kualitas dan mutu garam bisa lebih bagus dan halus," kata Heri Susanto.

Menurut Heri, jika menggunakan geomembran atau terpal, kualitas garam yang dihasilkan juga lebih bersih. Artinya, garam tersebut tidak tercampur dengan tanah. Dengan hasil produksi yang bersih itu, maka nilai jual garam bisa lebih tinggi.

Sejak puluhan tahun yang lalu, Heri dan petani garam lainnya menggarap lahan tambak garam dengan luasan total sekitar 20 hektar. Setidaknya, ada enam sampai tujuh warga Asemrowo Surabaya yang menggarap lahan tersebut dan terbagi ke dalam beberapa petak.

Sewaktu melihat langsung proses pengolahan garam, Camat Asemrowo Surabaya, Bambang Udi Ukoro menyatakan bakal berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) agar ada pembinaan yang lebih masif kepada petani garam di wilayahnya.

" Alhamdulillah, di Kecamatan Asemrowo masih ada petani tambak garam, sekitar 20 hektar kawasan di sini. Setiap 1 tahun, mereka bisa panen sampai 10 ton (per petak) dan panen ini dilaksanakan secara periodik antara lima sampai tujuh hari sekali," kata Bambang Udi saat melihat langsung proses panen garam di Tambak Sarioso, Rabu (6/10/2021).

Di samping itu, Bambang Udi juga mengaku siap memfasilitasi warganya yang membutuhkan pembinaan seperti pelatihan dan pendampingan agar kualitas produksi garam lebih meningkat. Tentunya dalam teknis pembinaan itu, pihaknya bakal berkoordinasi dengan DKPP Surabaya.

Menurutnya, saat ini para petani membutuhkan bantuan geomembran atau terpal agar kualitas produksinya meningkat. "Kami akan coba menghimpun dulu jumlah dari petani garam yang ada di Kecamatan Asemrowo untuk diteruskan ke DKPP, " terangnya.

Terpisah, Kabid Kelautan dan Perikanan DKPP Kota Surabaya, M Aswan juga mengakui, bahwa kualitas garam akan lebih bagus jika menggunakan geomembran. Makanya, DKPP berencana di tahun depan mengusulkan anggaran untuk pengadaan geomembran tersebut.

"Kita akan bantu geomembran agar kualitas garam mereka (petani) lebih bagus. Kita sesuaikan juga dengan kondisi anggaran. Insya Allah di tahun depan akan kita usulkan," Aswan.

Saat ini, kata Aswan, di Surabaya ada sebanyak 10 kelompok petani garam dengan jumlah sekitar 100 orang. Untuk lokasinya, mereka tersebar di beberapa wilayah kecamatan, yakni Benowo, Pakal dan Asemrowo. "Ada sekitar 10 kelompok petani garam di Surabaya dengan jumlah sekitar 100 orang," katanya.

DKPP mencatat, data bulan Agustus 2021, produksi garam di Kota Surabaya mencapai sekitar 3.377 ton. Jumlah panen garam itu, sifatnya naik turun tergantung dengan kondisi cuaca. Karena itu, DKPP Surabaya juga menyiapkan dan memfasilitasi petani garam berupa gudang-gudang untuk menyimpan garam gratis. (*).